Hari Ini Kupanggil Dirimu...

Entah sekarang kalian ada di mana, yang jelas serpihan hati yang hilang bersama kepergian kalian selalu haus akan sebuah perjumpaan.

"Kita bertemu, kita berkisah, dan kita berpisah. Semua terekam, semua terkisah, dan semua tertinggal, tertinggal di rumah itu, rumah merah jambu yang kita sebut: New Pakelonan Cottagen."


Sabtu, 27 September 2014 aku belajar melepaskan sebuah pertemuan, melepaskan sebuah kehangatan, melepaskan canda, tawa, suka, duka, dan melepaskan sebuah kebersamaan. Kini aku belajar lagi untuk melepaskan, melepaskan kalian yang sudah begitu banyak memberi warna dikehidupanku. Melepaskan kalian bukanlah perkara mudah karena sudah banyak hal yang kita lalui bersama dan juga ketahuilah bahwa kalian benar-benar menakjubkan! Terlebih jika harus memikul rindu yang berisi tawa dan canda kalian, itu sungguh bukan perkara mudah! Terkadang ketika rasa itu tiba-tiba datang, ingin rasanya mengulang masa-masa itu. Yaa, sejenak berpikir ada rasa penyesalan karena tidak memanfaatkan dengan baik momen kebersamaan dahulu. Apifpun berpikiran begitu, ia mencurahkan itu semua ketika aku dan dia sedang menggapai puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu.


Selamat mengenakan toga dan piagam
Selamat kedua orang tua tersenyum bangga
Selamat, hari ini kupanggil dirimu Sarjana
Sabtu, 03 Desember 2016 kita dipertemukan lagi. Beberapa dari kalian kini sudah resmi menyandang predikat sarjana. Semoga yang lainnya bisa menyusul. Hari ini aku jauh lebih siap untuk melepaskan kalian meski nyatanya ego ini sangat bertolak belakang. Suasana ketika sedang berkumpul tak ada yang begitu berubah masih sama seperti dahulu. Hanya persoalan topik pembicaraan saja yang kian bertambah dewasa. Perihal tawa dan canda masih begitu khas terdengar di telinga ini.

Hari ini rasa bahagia, lega, lelah, dan segala usaha yang telah dilalui kembali terpancar dari kalian. Begitu juga dengan abah dan ibunya Fariza yang sempat aku temui. Ekspresi wajah dan mata memang tidak pernah berbohong! Ucapan-ucapan selamat silih berganti terucap kepada kalian. Selamat, selamat hari ini aku bisa memanggil kalian Sarjana.

"Memiliki" dan "melepaskan"
Berasal dari mata air perasaan yang satu
Hanya berbeda tujuan alirannya
Tapi sejatinya sama
Memiliki bahkan bisa dalam bentuk melepaskan
Membiarkannya terbang bahagia
Pun melepaskan bisa selalu berarti memiliki
Memiliki kenangan terbaik...

Tere Liye ~ Sajak Mata Air Perasaan.
Yaa, terkadang cara terbaik untuk memiliki seseorang adalah dengan melepaskan. Sama halnya dengan kalian, mungkin untuk memiliki kalian, aku harus melepaskan kalian. Egoku tak mungkin aku paksakan. Kalian punya cita-cita yang harus terus dikejar. Tapi sekali lagi aku katakan, kalian benar-benar menakjubkan! Hari ini kita begitu banyak mengabdikan momen bersama selepas sidang senat terbuka selesai dengan berfoto. Berbeda ketika di program studi Infrastruktur Perkotaan dahulu, kita tidak sempat mengabadikan momen seperti ini. Semua terekam, semua terkisah di hari ini. Tapi sayang beberapa selain kalian tak sempat berfoto.

Hahhh... kota ini kian bertambah sepi setelah ini. Riuhnya tak akan seperti dulu. Hangatnya kota ini pun tak sehangat dulu. Ada sesuatu yang hilang dari kota ini bersama kepergian kalian. Entahlah aku juga tak tahu apa itu. Hangatnya secangkir kopi akan sedikit berbeda karena tak ada tawa kalian lagi. Sapa di gruppun juga semakin jarang, tapi harapku adalah semoga komunikasi diantara kita tetap terjaga.

Kota ini menjadi saksi akan tawa kita. Kota ini menjadi saksi suka duka kita. Kota ini menjadi saksi perihal pertemuan kita dan kota ini pula yang menjadi saksi tentang perpisahan kita. Kita pernah bersuka duka mengarungi semuanya di kota ini. Tak akan terganti perasaan ini. Tak akan! Semua penuh warna yang indah.




Riuh bisingnya halaman rektorat kian memudar dan lirih terdengar. Perlahan awan mendung datang menghalangi pancaran sinar mentari. Satu persatu dari kalian sudah berpamitan untuk pulang ke kota masing-masing. Tangan ini saling berjabat untuk mengucap selamat. Tangan ini pula yang masih ingin menggenggam erat kalian dan tangan ini pula yang saling berjabat bukan untuk mengucap selamat lagi melainkan untuk mengantar kepergian kalian.

"Langsung balik Ja?"
"Iyo, Ju."

"Balik disik yo Bay. Ditunggu bukune."
"Hahaha, iyo Ziz. Ditunggu wae. Sukses yo."

"Tak balik sik yo Le."
"Ho oh, Ndes. Ati-ati."

Itulah beberapa percakapan sebelum Gajah, Onad, Gondes pergi meninggalkan halaman rektorat dan bertolak ke rumah masing-masing. Kini hanyalah tinggal Dik Tik yang belum pulang, beberapa kali ia bertanya, "Liyane wis do balik to?"

"Mas Arif, selamat ya akhirnya wisuda." Begitu ucap temannya dari Lampung yang langsung menggelora di halaman rektorat. Yaa, raut wajah Dik Tik tak bisa dipungkiri jikalau ia senang akan kehadiran teman-temannya. Tapi ada sesaat jika ekspresinya menunjukkan rasa sedih, guratan senyumnya tak seperti biasanya.

Pada akhirnya aku sedikit menghabiskan malam di kost Gedung Putih. Sejenak ruangan ini menjadi penuh dengan ingatan masa dahulu kala menghabiskan malam di tempat ini. Gelak tawa yang tercipta, riuhnya kita, mendadak hadir memenuhi ingatan-ingatanku akan cerita masa lalu. Malam di kost Gedung Putih ini aku juga berjumpa dengan Widi yang wisuda juga di hari ini. Hahh, akhirnya personil Trio Lampung ini wisuda juga, hahaha.




Semua punya masanya masing-masing. Mau tidak mau, cepat atau lambat, masa kita memang akan berakhir tapi perihal menjaga komunikasi, itulah yang tetap bisa kita lakukan ketika sedang rindu akan kisah lalu.
Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tidak bertemu lagi
Sekali lagi, selamat untuk kalian karena sudah menuju satu langkah berikutnya. Entah aku harus menulis apalagi, aku rasa sebuah tulisan tak akan sanggup menggambarkan semuanya bahwa kalian memang benar-benar menakjubkan! Rela tidak rela, mau tidak mau, akupun harus melepaskan kalian. Tangan yang ingin selalu menggenggam erat kalian kini aku lepaskan. Karena melepaskan bisa jadi adalah memiliki seutuhnya.

Yaa, entah kalian ataupun Pakelonan akan selalu ada tempat di hati ini. Tempat yang tergambar oleh kisah semasa muda, kisah yang begitu luar biasa.


Kini hanyalah ucapan dan doa, "Sukses untuk masing-masing kalian," yang bisa aku berikan bersamaan kepergian kalian.
Sekali lagi selamat hari ini kupanggil dirimu sarjana.

Terima kasih sudah begitu banyak memberi warna di salah satu perjalanan hidupku
Terima kasih untuk segala waktu yang telah kalian berikan, dan
Terima kasih atas sebuah kisah yang begitu luar biasa.
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Senang bisa berjumpa dengan kalian.
Senang bisa jauh mengenal kalian di Pakelonan.
Adalah anugerah bisa bertemu, berkenalan, dan berkisah dengan kalian.
Sampai jumpa lagi Pakelonan.
Sampai jumpa lagi Hai Teman Seperjuangan.


Tot Ziens, Pakelonan.
Tot Ziens, Mijn Vrienden.
Solo, December 2016

Post a Comment

0 Comments