Secangkir Kopi Terakhir

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian

Mungkin pula, itu yang aku rasakan saat ini. "Yahhh... kota ini akan sepi." Kira-kira begitu yang ada dalam benak ini ketika semua masa yang telah kita lewati bersama akan berakhir. Bukan berakhir selamanya tetapi akhir dari masa kita dan masa yang baru pula untuk kita.


Dering telepon dari seorang kawan menjadi penutup dari serangkaian kisah kita. Tawa, canda, suka hingga duka yang pernah kita jalani bersama adalah memori kisah yang luar biasa. Sebuah pertemuan pada akhirnya akan menyisakan sebuah kata pisah. Mau tak mau serangkaian kisah yang tercipta selama menjalani kuliah di program studi Infrastruktur Perkotaan dan juga ketika sebagian dari kita masih melanjutkan kuliah S1 harus berakhir pada kata pisah.
Dering telepon berulang kali dari kawan lama itu belum sempat aku jawab dan kemudian aku mengirimkan sebuah pesan bertanya tentang apa yang terjadi. Ia pun membalas pesanku dan isinya adalah mengajak untuk ngopi bareng. Sebuah kegiatan yang dulu ketika masih di bangku perkuliahan sering kita lakukan dan bersama Secangkir Kopi Terakhir ini kisah kita akan menuju pada babak akhir dari sebuah perjalanan, perjalanan masa muda.


Riuh ramainya kota ini semakin terasa, malam dengan purnama sebagian sudah muncul di ufuk timur. Kujalankan sepeda motor menuju tempat untuk ngopi bareng. Rasa antusias untuk bertemu sudah kian memuncak. Entah kapan terakhir kali kita bersua, aku sedikit lupa.
Kota ini semakin berubah pun dengan sebuah kata temu diantara kita. Kata itu sekarang sudah amat mahal harganya. Tidak ada yang salah ketika kita sukar untuk bertemu, kita sudah punya prioritas dan kewajiban masing-masing.
Ketika aku sampai, di sana sudah ada Wildan, Arif, Widi, dan seorang lagi dari teman kuliah mereka di program S1. Senyum langsung terlontar dari bibir ini. Seakan mengisyaratkan bahwa ada rindu yang belum tuntas. Ketika berjabat pun ada rindu yang teramat. Sembari menunggu yang lainnya datang kita pun memesan kopi masing-masing. Aku sendiri memilih kopi Arabika Bengkulu Kaba Sigararutang Washed.


Suara-suara yang tak asing ditelinga lirih terdengar dan sebagai pelengkap kisah malam ini bersama Secangkir Kopi Terakhir, Fariza, Budi, dan Nicky akhirnya sampai juga di tempat ini. Namun sayang ada beberapa yang ingin aku temui tapi tidak bisa hadir. Canda dan tawa selalu hadir ketika kembali bersua seperti ini. Ingatan masa lalu ketika masih bersama langsung teringat. Gelak tawapun hadir bersamanya ketika membicarakan itu. Rombongan kita seakan menjadi pusat perhatian karena kita yang paling ramai, hahaha. Tapi jika tidak ramai itu bukan Infras namanya! Dan akupun teringat karena ramai ini kita sering dimarahi oleh dosen kita.
Obrolan kita memang tak jauh-jauh dari masa lalu namun obrolan di masa sekarang pun juga tak pernah luput. Ada yang putus kemudian nyambung lagi dengan sang pacar. Ada yang berpindah kost juga obrolan tentang skripsi juga sidang. Pun dengan kisah dari Dik Tik yang selalu bisa membuat kita tertawa, entah kisah kekonyolannya ataupun kisah ketika ia pulang kampung. Berkumpul dengan kopi yang menemani mengikatkanku akan kisah kita ketika ngopi di Cemoro Sewu ketika malam purnama. Sesuatu yang sulit untuk kita ulangi lagi.


Kopi Arabika Bengkulu Kaba Sigararutang yang aku pesan tadi pun sudah di atas meja begitu juga dengan pesanan yang lain. Aroma khas dari kopi ini langsung terasa. Sebuah kopi yang mengajarkan kita untuk menikmati setiap proses yang ada. Serangkaian kisah kita pun juga melalui sebuah proses. Kita yang dahulu tak saling mengenal bahkan berpikir untuk bertemu dengan kalian saja tidak! Perlahan mulai saling mengenal dan paham akan sifat kita masing-masing. Sebuah ikatan yang jauh lebih dalam semakin terasa, bukan hanya tentang sebuah pertemanan saja melainkan ikatan sebuah persahabatan dan keluarga yang baru.
Kopi ini pun seperti perjalanan kita, ia harus diminum dengan penuh penghayatan setiap teguknya seiring dengan dinginnya kopi. Ketika semakin turun suhu kopinya maka jati diri kopi ini semakin begitu terasa. Pun dengan kita, semakin lama kita mengenal kita pun juga akan merasa sebuah persahabatan yang kian dalam terasa.



Arabika Bengkulu Kaba Sigararutang pun hanya tinggal menyisakan butiran-butiran kopi di dasar cangkir. Rangkaian kisah kita pun juga begitu, akan meninggalkan sebuah kenangan ketika semua harus berakhir. Canda, tawa, dan sebuah pertemuan ini berakhir dengan habisnya Secangkir Kopi Terakhir.

Rindu karena lama tak bersua ternyata belum usai. Setelah ngopi bareng kemudian kita lanjutkan menuju titik nol kota ini. Semangkuk wedang ronde hangat menemani kita dipenghujung malam sebelum berganti hari. Sekali lagi, canda dan tawa terus saja menemani. Tak bisa harus bersedih ketika di depan mereka. Mereka pula terkadang menjadi penghilang rasa penat, kecewa, sedih, dan lara ketika sedang menyerang jiwa ini. Sekarang... mereka akan pergi dan jiwa ini juga akan kehilangan sosok penghibur hati ketika sedang merisau.
Dipenghujung malam ini kita berkisah begitu banyak. Ingin rasa mengulang waktu sebentar kembali ke masa lalu karena ada beberapa hal yang dulu ingin aku lakukan bersama namun hanya berakhir hampa. Ingin rasanya memilki sebuah foto angkatan, lengkap dengan semua yang tergabung di Infrastruktur Perkotaan 2011. Yahh, kini itu hanya akan ada di dalam benak ini saja.


Semangkuk wedang rondepun juga sudah habis dan pertemuan ini pun berakhir. Malam sudah berganti, hari pun juga begitu. Pertemuan ini seakan terasa begitu singkat. Ramainya kota ini kian lirih. Hanya ada beberapa kendaran yang berlalu lalang dan semilir angin malam. Purnama sebagian kian meninggi menuju ufuk barat. Masing-masing dari kita pun pulang meninggalkan titik nol kota ini.

Tinggal kisah, yang tergores dan terujar di akal ku
Cukup kah lembaran cerita merekam kasih itu
Mampukah berbait syair melantunkan rasa rindu

Sebait lagu Senandung Senja mengantarkanku pulang ke rumah. Meninggalkan sebuah kisah kita di kota ini. Tawa, canda, suka, duka, dan semua kisah yang tercipta di kota ini akan selalu menjadi saksi perjalanan kita di kota ini.


Dan bersama derunya angin malam, Kutinggalkan Kisah Rindu Kita Di Kota Solo bersama Secangkir Kopi Terakhir.

Post a Comment

0 Comments