Sesap Ingatan Gula di Jogja

Tanpa sengaja saya melihat buku tua berjudul Twentieth Century Impressions of Netherlands India terbitan tahun 1909 yang memuat foto-foto pabrik gula di Yogyakarta. Langsung saja ada dorongan kuat untuk memamerkan foto-foto lama tahun 1900-an tersebut untuk apresiasi kepada masyarakat luar bahwa Yogyakarta pernah memiliki pabrik gula tua yang menghidupi masyarakat sekitar pabrik-pabrik gula tersebut.
Hermanu, Kurator Bentara Budaya Yogyakarta.


Gula dan pabrik pengolahannya memang sudah menarik perhatianku sedari kecil. Aku sering berkunjung ke Cembengan bila musim giling tebu dimulai. Ingatan masa kecilku itu masih membekas hingga sekarang. Ramainya suasana Cembengan dan megahnya pabrik gula dengan mesin-mesin gagahnya masih menghantuiku hingga saat ini. Mendengar akan diadakannya pameran foto mengenai pabrik-pabrik gula yang pernah ada di tanah Jawa khususnya Yogyakarta membuat diri ini bergidik untuk segera menyambanginya.

Pameran tentang pabrik-pabrik gula yang pernah ada di Yogyakarta ini diadakan oleh Bentara Budaya Yogyakarta yang bekerja sama dengan komunitas sejarah Roemah Toea. Mengambil tajuk “Jogja yang Hilang” pameran ini membuka kenangan lama tentang keberadaan pabrik-pabrik gula yang pernah berdiri di Yogyakarta. Berlangsung dari tanggal 04-12 Desember 2018, pameran ini mengajak mengingat kembali akan adanya suatu masa tentang kejayaan pabrik gula yang pernah menghidupi hajat orang banyak.


Memasuki akhir pekan jalanan kota Jogja berubah kian sibuk. Kendaraan bermotor saling memenui jalanan di tanah “Land of Sugar”. Begitu juga ketika aku dan beberapa kawan berkunjung ke Jogja untuk menghadiri pameran “Jogja yang Hilang” di Bentara Budaya Yogyakarta. Mamasuki area kota Jogja kepadatan sudah sangat terasa. Cukup memakan waktu untuk kami sampai di Bentara Budaya.

Sesampainya di Bentara Budaya Yogyakarta dan memasuki ruangan pameran hal yang langsung menarik perhatian selain foto-foto yang tersajikan adalah alat-alat pengolahan tebu menjadi gula dan terdapat juga beberapa sampel contoh gula dari berbagai jenis. Seperti gula aren, kelapa, hingga gula batu. Selepas itu, aku langsung menuju foto-foto yang terbingkai rapi memenuhi tiap sudut ruang pameran.


Macam-macam gula.


Proses pembuatan gula secara tradisional.

Baru melihat satu foto tentang pabrik gula aku sudah dibuat kagum dan imaji ini langsung menjadi liar. Membayangkan bagaimana kehidupan pada masa itu. Masa di mana pabrik-pabrik gula masih beroperasi. Satu demi satu foto aku nikmati sembari imaji ini terus saja berkecamuk.
Jogja pernah memiliki 19 pabrik gula namun dalam perjalanannya hanya tersisa 3 yang masih bisa dikenali. Pabrik Gula Wonocatur yang sekarang berubah menjadi Museum Dirgantara, kemudian yang ada di Medari berubah menjadi pabrik tenun, dan Pabrik Gula Padokan berubah menjadi Pabrik Gula Madukismo yang masih beroperasi hingga sekarang.
Satu demi satu foto terus saja membuatku terkesima. Di antara keseluruhan foto yang disajikan di sini, salah satu cerita yang paling menarik dari penuturan Mas Aga (Roemah Toea) adalah perihal tentang Pabrik Gula Klatjie. Pabrik yang berlokasi di Sidoagung, Godean, Sleman ini diperkirakan dibangun tahun 1886. Menariknya adalah soal penemuan foto pabrik gula ini. Dari penuturan Mas Aga, PG Klatjie inilah yang paling terakhir ditemukan fotonya. Selama beberapa tahun belakang mengumpulkan informasi tentang pabrik gula belum juga menemukan foto PG Klatjie dan baru bisa ditemukan sekitar dua minggu sebelum pameran ini berlangsung.


Foto Pabrik Gula Klatjie.

Gula dan Jawa memang sudah melekat begitu lama. Sejak zaman kerajaan Hindu gula sudah menjadi komoditi tersendiri. Masuknya campur tangan Belanda ikut andil besar dalam perjalanan gula di Jawa. Di tanah Vorstenlanden sendiri gula tidak serta merta menjadi primadona. Awalnya perkebunan Nila (Indigoplanter) yang digunakan sebagai pewarna kain merupakan komoditi unggulan. Namun munculnya pewarna sintetis mempengaruhi harga Nila dan membuat harga Nila anjlok drastis.

Erven Weijnshenck yang awalnya pengusaha Nila kemudian mengubah perkebunan Nila menjadi perkebunan gula dan mendirikan Pabrik Gula Barongan. Langkah pengubahan Nila menjadi tebu ini diikuti pula oleh pengusaha lain. Sehingga Indigoplanter Klatjie, Tjebongan, Padokan, Rewoeloe, Sedajoe, Randoegoenting, Gesikan, Poendong, Sewoegaloer berubah menjadi pabrik gula.

Di Vorstenlanden dalam hal ini Yogyakarta, selain 10 pabrik gula yang awalnya merupakan industri pewarna kain, Yogyakarta juga memiliki 9 pabrik yang sedari awal memang bergelut di industri gula. Banyaknya pabrik gula di Yogyakarta mengingat wilayah Yogyakarta tak begitu luas dan bila dibandingkan dengan saudara tuanya (Karesidenan surakarta) yang memilki 16 pabrik gula, pantaslah bila Yogyakarta dijuluki sebagai “Land of Sugar”.


Foto Pabrik Gula Tandjong-Tirto.


Koleksi foto di Pameran Jogja yang Hilang.

Selepas berkelling menikmati foto yang berjejer rapi di dinding, di ruang selanjutnya tersajikan foto tentang lokasi berdirinya pabrik-pabrik gula yang pernah ada di Jogja. Namun perhatianku di ruang ini bukan tertuju pada lokasi-lokasi pabrik gula itu namun tertuju pada sebuah foto wanita yang tengah tersenyum. Wanita ini bernama Elvire Jenny Vernez. Ia merupakan cucu dari kepala pabrik gula Tasikmadu, W.F.H Haag. Pun pada bulan Juni lalu ia menyapa kembali Indonesia untuk napak tilas tempat kakeknya yang dulu pernah menjadi kepala pabrik gula Tasikmadu.

Di ruang ini pula dijabarkan tentang para raja gula yang “bertahta” di Yogyakarta. Bila Semarang mempunyai Oi Tiang Ham sebagai raja gula maka Yogyakarta memiliki beberapa “raja”. Seperti Keluarga Weijnschenk pendiri PG Barongan dan Padokan. Lantas ada keluarga G.F. Enger yang merupakan pendiri PG Cebongan. Terakhir adalah keluarga Raaff.


Yang tengah tersenyum, Elvire Jenny Vernez.


Beberapa foto tentang lokasi-lokasi pabrik gula.

Perjalanan gula di Jawa memanglah tidak semanis gula itu sendiri. Gemilangnya idustri gula juga mengalami begitu banyak hambatan hingga pada akhirnya seperti sekarang ini. Bisa dihitung dengan jari berapa pabrik gula yang masih aktif untuk mengolah tebu menjadi gula. Badai datang pada industri gula saat krisis Malaise menerjang. Krisis ekonomi global ini sangat mempengaruhi keberlangsungan pabrik-pabrik gula di Jawa, tak terkecuali di Yogyakarta. Dari 19 pabrik gula yang berdiri di Yogyakarta hanya 8 pabrik gula yang berhasil selamat dari terjangan badai Malaise.

Selepas badai Malaise mereda, pabrik-pabrik gula yang tersisa harus dihadapkan dengan kedatangan Jepang ke Hindia Belanda di tahun 1942. Semasa pendudukan Jepang semua aset pabrik gula dikuasi Jepang. Riwayat tentang keadaan pabrik gula di masa Jepang tak begitu banyak diperoleh narasinya. Namun di PG Sewugalur yang telah kosong karena bangkrut saat krisis Malaise menerjang telah diratakan oleh Jepang dan yang tersisa saat ini tinggalah beberapa rumah dinas.

Selepas Malaise dan pendudukan Jepang, pabrik-pabrik gula juga belum bisa bernapas dengan lega. Alih-alih kembali berproduksi, mereka harus kembali dihadapkan dengan situasi yang tak menguntungkan. Taktik bumihangus semasa konflik pasca merdeka juga ikut andil besar terhadap keberlangsungan pabrik-pabrik gula.


Satu abad lebih berselang semenjak berdirinya pabrik gula pertama di Yogyakarta, pabrik-pabrik gula yang pernah menghidupi hajat orang banyak itu hampir tak bersisa jejaknya. Ada yang beralih fungsi, pun tak sedikit yang hancur tak tersisa. Dan pada akhirnya aku sepakat dengan narasi penutup dari Roemah Toea. Bahwa dengan mengenal masa lalu memalui catatan sejarah, akan membuat kita mengenali siapa diri kita, dan menjadi pembelajaran penting kepada kita untuk lebih bijaksana dalam mejalani masa sekarang dan menghadapi masa depan.

Sesap Ingatan Gula di Jogja


Beberapa dokumentasi lainnya:




Aren.


Persebaran lokasi-lokasi pabrik gula.


Tebu.


Post a Comment

5 Comments

  1. itu bukan kelapa Om, tapi buah aren.

    ReplyDelete
  2. I am looking for the location/ruins of the old Fabrik Gula/sugar factory +/- 1940 Tjebongam/Cebongan in Yogjakarta. can anyone help me please? thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. I suggest you to contact Roemah Toea by DM on Instagram. The IG of Roemah Toea can be found on @roemahtoea.

      Thank you.

      Delete
  3. pabrik gula cebangan sekarang sudah menjadi gudang dan tempat perawatan kesehatan pabrik temu sekarang bangunan itu menjadi Puskesmas Mlati II

    ReplyDelete