Kabar dan Panggilan yang Berbeda

Sebuah firasat datang ketika panggilan tak terjawab dari kawan lama itu terus berulang. Jarang sekali Aziz menelpon berulang kali jika tak ada yang penting. Dan benar saja, setelah jeda, pada satu langkah yang terlambat, sebuah pesan aku kirimkan kepada Aziz untuk bertanya ada gerangan apakah hingga menelpon berulang kali. Sedikit terkejut namun lebih banyak bahagianya. Kawan lama yang aku kenal sejak awal perkuliahan dulu memutuskan untuk menuntaskan masa lajangnya. Ah, ada hati yang mendadak jadi baper ketika mengetahui kawan lama akan menuntaskan masa lajangnya.

Ketika Pakelonan menjadi penawar dari rasa kecewa, kabar dari Aziz ini mungkin juga jadi penawar, setelah jeda, pada satu langkah yang terlambat. Bahwa setiap orang punya masanya sendiri-sendiri. Termasuk juga ketika masa untuk menuntaskan masa lajangnya. Barangkali Tuhan hanya ingin menunjukkan, ketika datang sebuah kesedihan datang pula sebuah kebahagiaan. Selamat kini dirimu sudah menuntaskan masa lajangmu.


Oktober kali ini memang penuh dengan rasa yang berkaitan dengan hati. Tentang luka dan juga kabar bahagia. Pagi menuju siang, aku sudah berada di tempat kumpul untuk menghadiri undangan dari Aziz dan sudah barang tentu aku yang duluan sampai di tempat kumpul. Tak berselang lama datang si Tupai Loncat alias Nicky dan Lampung. Namun kami masih menunggu dua personil lagi, Bima dan Afif, sedangkan Wildan berangkat dari rumah dan bertemu di lokasi acara.

Setelah semua berkumpul lantas kami langsung menuju rumah Aziz yang sekaligus menjadi lokasi acaranya. Tak begitu jauh dari tempat kami berkumpul. Sesampainya di sana sudah ada Wildan yang menunggu. Cukup beruntung kami mendapat tempat duduk yang dekat dengan kedua mempelai.


Hah, kawan lama yang semasa perkuliahan dulu sering jadi tumpanganku kini sudah sah mengikat diri dalam akad. Memang selalu begini, ada rasa yang begitu bahagia ketika melihat kawan seperjuangan dulu sudah menuntaskan masa lajangnya. Selamat, kini dirimu sudah menuntaskan salah satu fase kehidupan. Sama seperti ketika kita menuntaskan fase di rumah merah jambu dulu, Pakelonan.
Menunggu pagi datang
Bicara tentang kehidupan
Bicara tentang semuanya
Sejenak teringat tentang Pakelonan dan semua jejakanya. Dulu sering berkumpul dan tak jarang membahas mimpi-mimpi masa depan di teras depan rumah merah jambu. Ah, saat-saat seperti dulu memang selalu membuat diri ini rindu tentang kalian maupun Pakelonan. Kini satu persatu sudah mulai merangkai kehidupan bersamanya jodohnya masing-masing. Pikiranku buyar ketika tawa dari Arif, Nicky, dan Wildan menyerua. Obrolan mereka nampaknya tak begitu banyak berubah, yang sudah pasti ialah Salam Pramuka! Hahaha.

Prosesi demi prosesi sudah berlangsung dan mendekati akhir. Aziz dan Sari sudah berjalan keluar dan diikuti pula para tamu yang pulang. Kami masih duduk di tempat menunggu Aziz kembali lagi untuk berfoto.

"Sing foto sabar sik ya. Antri disik." Ujar Aziz kepada kami.

Hahaha, si anak kecil yang sudah menuntaskan masa lajangnya kini mulai belagu dengan kami yang masih sendiri. Eh, hanya beberapa sih, tidak semua, hehehe. Cukup lama kami menungu untuk berfoto dan tibalah giliran kami.

"Mas Bayu kie ngguya-ngguyu wae kat mau. Wis meh nyusul sajake." Ucap Sari kepadaku setelah selesai berfoto.

Ya, doakan saja. Tangan ini kembali berjabat namun bukan untuk mengantar sebuah kepergian seperti saat Desember 2016 lalu, namun tangan ini kembali berjabat untuk mengucap selamat. Selamat atas tuntasnya masa lajangmu. Doaku untuk kebahagiannmu.


Merayakan kabar bahagia.


Merayakan luka, menertawakan lara.

Selepas dari resepsi pernikahan Aziz, kami melanjutkan berkumpul di salah satu tempat nongkrong di Solo. Beragam obrolan saling menyerua dan entahlah tiba-tiba saja ada yang mencurahkan isi hati ketika luka hatinya dikorek kembali. Lagu yang diputar di sini pun ikut mendukung suasana. Ah, perkara cinta memang hanya ada dua pilihan. Siapa yang akan terluka dan siapa yang akan bahagia.

Pada setiap luka selalu meninggalkan goresan cerita. Perkara cinta memang tiada habisnya dibicarakan. Ada yang tiba-tiba menjadi melankolis ketika luka hatinya dikorek kembali. Macam si Tupai Loncat. Ah, barangkali beginilah cinta, deritanya tiada akhir.


Jumpa kali ini memang dipenuhi dengan curahan hati karena gejolak asmara. Ya, sesekali memang perlu untuk menertawakan luka, merayakan lara karena cinta. Namun jumpa kali juga menjadi saksi sebuah kabar bahagia tentang tuntasnya masa lajang dari seorang kawan lama. Selamat, dirimu kini sudah sepakat dalam akad. Sekali lagi selamat atas tuntasnya masa lajangmu.

Selepas ini mungkin perihal temu akan berbeda. Tetapi semoga komunikasi di antara kita pun dengan Pakelonan maupun Infras akan tetap terjaga. Semoga bahagia selalu menyertaimu dan keluarga. Dan yang jelas adalah selamat hari ini bukan lagi kupangil dirimu sarjana lagi, tetapi kupanggil dirimu Bapak Aziz. Hehehe. Sekali lagi selamat menempuh kehidupan yang baru, hei kau yang misterius.

Post a Comment

0 Comments