Solo Sehalaman Babak 3, Merespon Ruang

"Semoga, sudah cukup dan jangan lagi."

Doaku untuk Sriwedari yang kini sedang mendera hati. Hati ini sedikit banyak mulai cemas dengan keberlangsungan dan keberadaan Sriwedari. Alih fungsi sebagian lahan Sriwedari yang menjadi masjid raya mengusik hati ini. Ada sebuah tanya besar tentang keputusan itu.

Kegelisahan inilah yang membawaku kembali pada acara Solo Sehalaman babak ketiga sekaligus pamungkas dari rangkaian Solo Sehalaman. Tema Ruang yang diberikan pada pertemuan ketiga ini membuatku tergugah untuk menuliskan tentang Sriwedari. Taman hiburan di Talang Wangi yang pernah menjadi primadona dari raja hingga rakyat biasa.


Pada pertemuan ketiga ini sebelum peserta menuliskan esainya tentang Ruang, ada penjelasan terlebih dahulu perihal Ruang oleh pengisi acara yang merupakan salah satu dari Bentara Muda Sala. Ruang bukan hanya tentang sesuatu yang meiliki panjang, lebar, dan tinggi sebagai batasnya saja. Tetapi juga tentang batas imajiner yang bisa diimajinasikan hingga membentuk ruang itu sendiri. Penjelasan tentang dipertemuan ini memang cukup lengkap.

Selepas penjelasan tentang Ruang, para peserta termasuk aku langsung melakukan tugasnya. Ada yang langsung menulis, ada pula yang membuka-buka dahulu referensi yang sudah disediakan Bentara Muda. Dari buku, koran, hingga majalah-majalah disajikan sebagai referensi.


Copyright Balai Soedjatmoko.

Sudah aku tuliskan di awal bila kegelisahanku terhadap Sriwedari menjadi dasar esai yang aku tulis kali ini. Kali ini memang tak banyak berdiskusi karena sudah tahu apa yang akan dituliskan untuk esainya. Mbak Setya yang pada babak kedua sempat berbincang-bincang padaku tentang "tingkat kesolehan" datang menghampiriku dan bertanya apa yang hendak aku tulis tentang tema Ruang. Aku menjelaskan bila akan menulis Sriwedari dan ia juga memberi saran untuk pokok bahasan apa yang ditulis untuk esai Sriwedari ini.
Esai Sriwedari, Ruang yang Hilang bisa dibaca di sini.
Beberapa artikel dari koran yang sudah aku siapkan sangat membantuku untuk menulis esai ini. Isu-isu Sriwedari memang sedang hangt-hangatnya waktu itu. Keputusan untuk membangun masid raya di Sriwedari memang menjadi catatan panjang sengketa Sriwedari. Entahlah kali ini mungkin sedang mendapat ide untuk menulis jadi tidak begitu berpikir keras seperti sebelumnya, hehehe.


Copyright Balai Soedjatmoko.

Sama saat pertemuan pertama maupun kedua, esai tentang Sriwedari ini juga aku bacakan. Dari ketiga esai yang aku tulis, esai ini yang memang sudah bisa bila dikirim ke media. Begitulah komentar dari Mbak Setya pada esai ketigaku ini. Selain itu ada pula kritikan untuk menambah referensi dan penggunaan bahasa yang lebih santai, jangan terlalu kaku. Referensi-referensi yang sudah sering digunakan lebih baik dicari penggantinya yang jarang digunakan. Seperti novel Student Hijdo yang sudah sangat sering digunakan.

Esai ini juga aku lempar lagi ke beberapa kawan dan tanggapannya juga hampir sama. Selain pengunaan bahasa yang jangan terlalu kaku, juga soal emosi yang sudah tidak terlalu menggebu-gebu lagi seperti esai-esai sebelumnya. Pendalaman soal esai sebenarnya masih bisa diperdalam lagi.


Copyright Balai Soedjatmoko.

Babak pamungkas dari Solo Sehalaman ini berakhir setelah peserta membacakan esainya masing-masing. Banyak yang sudah aku pelajari dari perjalanan kata-kata ini. Bukan hanya mendapat ilmu soal tulis-menulis tetapi juga medapat kawan baru tentunya. Sebelum semuanya berakhir dan pulang kami sempatkan untuk berfoto bersama sebagai alumni dari Solo Sehalaman. Dan ini bukan akhir dari perjalanan kata-kata melainkan sebuah awal yang baru dari perjalanan kata-kata.

Catatan tambahan:
* Esai Sriwedari, Ruang yang Hilang bisa dibaca pada unggahan sebelumnya.
* Hasil dari Solo Sehalaman ini adalah sebuah buku yang terdiri dari salah satu esai terpilih dari ketiga esai masing-masing peserta.
* Bagi yang ingin ikut bincang-bincang atau ingin tahu tentang buku Solo Sehalaman ini bisa datang di Balai Soedjatmoko pada Sabtu, 15 September 2018 pukul 19.30 WIB. Buku ini akan diobrolkan dan #SalamLiterasi.

Post a Comment

0 Comments