Yang Tersembunyi Di Jurang Jero

Setelah sempat dijerumuskan ke tempat yang salah oleh GPS akhirnya ketemu juga lokasi air terjun yang tersembunyi dibalik rumah warga. Grojogan Jurang Jero begitulah nama yang disematkan, karena air terjun ini berada di dukuh Jurang Jero. Awan mendung yang menggantung di lereng Lawu tak menyurutkan niat ke sini. Ya, sing penting yakin! Hahaha. Informasi mengenai air terjun ini masih minim tapi lokasinya sudah ada di GPS google map.


Seperti yang aku katakan di atas, informasi air terjun ini masih minim dan ulasan-ulasan di blog juga belum terlalu banyak. Air terjun yang terbilang masih baru ini berada di Pedukuhan Jurang Jero, Desa Ndoplang, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. Dukuh Jurang Jero sendiri letak cukup jauh dari jalan raya Karangpandan-Matesih. Jalan akses menuju Jurang Jero tidaklah terlalu lebar, disarankan untuk membawa motor saja.

Rute: Solo - kecamatan Karangpandan - belok kanan menuju Pablengan - ikuti jalan hingga sampai di wisata Sapta Tirta Pablengan - lurus sedikit kemudian belok kiri ketika menemui gapura setelah musholla - ikuti jalan hingga bertemu perempatan - belok kiri dan ikuti jalan - lurus saja maka akan sampai di lokasi.

Jika berangkat dari Solo ataupun arah barat lainnya rute via Pablengan di atas lebih aku sarankan daripada harus melewati jalan di depan Patung Semar.


Memasuki kawasan Karangpandan hawa sejuk mulai terasa. Pemandangan khas lereng gunung menjadi pelepas penat tersendiri. Memasuki bulan-bulan awal seperti ini para penjaja durian menghiasi pinggiran jalan raya Karangpandan-Tawangmangu.

Jalan sempit yang hanya cukup dilewati satu mobil, beberapa sudah ada yang diaspal sebagiannya masih dalam bentuk perkerasan kaku berupa cor semen. Di beberapa titik, jalanan menurun tajam dengan sisi tepinya yang sedikit berlumut. Namun sawah-sawah penduduk langsung menyambut ketika memasuki dukuh Jurang Jero. Tenang, asri, dan membuat penat hati sedikit terlepaskan. Beberapa warga terlihat sedang beraktivitas di sawah ketika aku sampai di dukuh ini.

Di awal sudah aku katakan jika air terjun ini berada di belakang rumah warga. Lokasi parkirnya pun berada di halaman warga. Ketika sampai di lokasi hanya sepeda motorku yang terparkir di halaman warga ini. Di samping rumah terdapat penunjuk jalan yang bertuliskan Grojogan. Melewati halaman samping rumah, lantas menyusuri anak tangga yang masih terlihat baru, suara gemericik air pun sudah terdengar. Masih terlihat bekas-bekas tanah yang ditata, rerumputan dan semak-semak yang dipotong.
Tidak terlalu jauh menyusuri anak tangga kita akan sampai di jembatan bambu sederhana yang menghubungkan ke tempat yang lebih dekat air terjun. Beberapa tempat duduk dari bambu pun sudah tersedia untuk menikmati air terjun dengan duduk santai. Hanya ada sepasang muda mudi ketika sampai di dekat air terjun. Mereka sedang asyik mengabdikan momen bersama.




Sejenak melepaskan penat dengan suasana yang masih asri dan sepi. Suara gemericik air yang menerjun menjadi kenikmatan tersendiri. Debit airnya tidak terlalu kecil atau besar, tapi jika wilayah atas hujan lebat debitnya bisa cukup besar dan warna airnya menjadi kecoklatan, inilah ciri khas air terjun di Karanganyar. Untuk bermain air di sini juga cukup sulit karena batu-batu besar masih berserakan belum sepenuh ditata.
Tak begitu lama aku di sini, meski hanya sekejap saja tapi suasana yang ditawarkan bisa melepaskan beban pikiran. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, bisa dibilang jauh di pelosok desa. Inilah yang membuat perjalanan menjadi menarik.


Ya, satu lagi destinasi wisata alternatif di Karanganyar. Lereng gunung Lawu memang menyimpan potensi yang luar biasa. Jika mencari tempat yang masih sepi, asri, dan jauh dari keramaian, tempat ini cocok.

NB:
1. Sangat disarankan membawa motor mengingat akses jalan yang sempit.
2. Retribusi masuk tidak ada hanya membayar parkir saja.