Setelah cukup istirahat dan rasa lelah dihari pertama jelajah Kediri Blitar mulai pudar, matahari pagi membuat kami berempat terbangun dari mimpi indah semalam. Oh iya, si Arif akhirnya nyusul sendirian ke kediri, ternyata bisa sampai juga itu anak tapi malah kita bertiga yang cemas, takut kalau dia "kebablasan" sampai surabaya, hahaha
Udara pagi itu begitu bersahabat dan terasa sangat segar, jauh berbeda dengan suasana kota Solo yang sedari pagi sudah bising riuh kendaraan berlalu-lalang. Satu persatu dari kami bersiap diri untuk melanjutkan perjalanan setelah semua siap dan sebelum berangkat kami take gambar terlebih dahulu ---karena memang perjalanan ini akan kami buat juga dalam format video dokumenter---.

Tak memakan waktu lama untuk take gambarnya, sekitar pukul 9.30 kami berangkat menuju Gunung Kelud, yaaa gunung yang tepat pada 14 Februari 2014 menumpahkan isinya dan membuat kota Solo sendiri harus meniadakan beberapa rangkaian acara HUT kota Solo. Perjalanan menuju Gunung Kelud dari rumah Fariza sekitar satu setengah jam.
Tak memakan waktu lama untuk take gambarnya, sekitar pukul 9.30 kami berangkat menuju Gunung Kelud, yaaa gunung yang tepat pada 14 Februari 2014 menumpahkan isinya dan membuat kota Solo sendiri harus meniadakan beberapa rangkaian acara HUT kota Solo. Perjalanan menuju Gunung Kelud dari rumah Fariza sekitar satu setengah jam.
Sebelum menuju Gunung Kelud kami berkeliling dulu disekitar kota Kediri, dari GOR Sanjaya hingga alun-alun kota kediri yang menurutku cukup kecil untuk ukuran sebuah alun-alun, tak lupa kami melintasi stasiun kediri yang bangunannya masih jadul. Selepas berkeliling kota perjalanan kami lanjutkan menuju Gunung Kelud. Disepanjang perjalanan menuju Gunung Kelud cukup nyaman dimata, akses jalan menuju Gunung Kelud juga sudah lumayan hanya dibeberapa titik saja aspalnya bergelombang. Kami putuskan untuk berhenti sejenak di masjid sebelum pintu loket masuk kawasan gunung kelud mengingat bahwa kami berangkat pada hari jumat untuk itu kami istirahat sejenak di masjid sembari menunaikan kewajiban kami.
Sekitar pukul setengah satu kami lanjutkan lagi perjalanan menuju Gunung Kelud. Tiket masuk ke kawasan gunung kelud cukup enak dikantongi hanya sepuluh ribu per orang. Dari pintu masuk loket jalanan mulai menanjak dan disalah satu bagian jalan kita akan menemui jalan yang dulu sempat heboh karena dalam kondisi jalan menanjak dan kendaraan tidak dihidupkan, kendaraan kita akan tetap dapat berjalan dan disini pula ada sebuah plakat petunjuk jalan yang menyita perhatianku, sebuah petunjuk jalan dengan nama-nama gunung disekitar gunung kelud dan juga ada plakat untuk gunung everest yang jauhnya kurang lebih 4000 km lebih. unik bukan
Perjalanan kami lanjutkan menuju puncak gunung Kelud, jalan kini mulai lebih menanjak. Kurang lebih 10 menit dari tempat ilusi mata tadi, kami sampai di parkiran terakhir untuk motor, sebenarnya kita masih dapat parkir diatas lagi, namun karena erupsi tahun lalu (2014) membuat jalannya rusak dan berbahaya jika dilintasi kendaraan bermotor dari parkiran motor kita harus berjalan sekitar 10 menit ---itupun juga jalannya santai banget--- , tapi sayang kita tidak diperkenankan menuju kawah karena masih berbahaya, sepanjang perjalanan menuju puncak kita akan disuguhi betapa hebatnya erupsi Kelud waktu itu dari pos terakhir dan juga sebagai batas terakhir pengunjung untuk melangkah kita dapat melihat gagahnya puncak gunung Kelud meski sisa-sisa erupsi masih jelas terlihat. Kami menghabiskan waktu cukup lama di sini karena memang pemandangan disekitar area ini sungguh luar biasa.
Oh iya, akses menuju Gunung Kelud ditutup pukul empat sore, panas mentari yang membakar kulit tak menjadi halangan untuk melanjutkan aktivitas kami termasuk ambil gambar untuk video dokumenter kami. Waktu sudah menjelang sore dan kami putuskan untuk segera pulang.
Diperjalanan pulang kami sempat isi perut dan meneguk segarnya es kelapa muda dan mampir ngemil di warung mie ayam pangsit, hehehe.
Sampai lagi dirumah fariza kami beristirahat mengembalikan tenaga untuk jelajah malam di kediri.
Ketos -- kediri town square-- entah mengapa kami bisa tersesat sampai di mall ini hahaha, kami hanya masuk dan melihat-lihat isi mall kemudian lanjut lagi keliling malam Kediri. :v
Menurut Fariza ada tongkrongan yang rekomend untuk anak-anak muda, tempat nongkrong ditepi kolam renang dengan suasana nyaman, kalau tidak salah namanya angkringan Tirtoyoso, itu lho kalau siang untuk kolam renang dan ketika berubah jadi angkringan. ---wis pokok kwi :v---
Hidangan disini tak jauh beda dengan tongkrongan-tongkrongan yang ada di kota Solo, namun konsep tempat tongkrongan ini cukup lumayan dengan memanfaatkan kolam renang yang syahdu ketika malam dan interior kayu yang khas.
Menikmati alunan lagu dan saling bercanda satu sama lain menjadikan suasana lebih nikmat. Canda tawa lepas tak luput dari kami, seperti biasa obrolan santai para jejaka, hahaha. Perbincangan tentang perkuliahan mereka pun tak luput dibicarakan, maklum sedikit berkeluh kesah itu juga bisa menghilangkan penat dari beban pikiran tugas perkuliahan. Cukup lama kami menikmati suasana disini kemudian kami lanjutkan menuju ikon dari kabupaten kediri, yap Simpang Lima Gumul (SLG)
Simpang Lima Gumul sendiri terinspirasi oleh bangunan monumen de arc di paris sana, namum bangunan ini dibalut nuansa indonesia banget,.
karena sudah lebih dari jam sepuluh malam sehingga parkiran pun tutup, yaa jadinya kita parkir dipinggir jalan. Ini bukan pertama kalinya kami kesini karena diawal-awal semester dulu kami sudah pernah kesini namun dengan formasi 6 jejaka. Suasana malam di SLG cukup romatis bagiku, hehehe. Menikmati keindahan bangunan ini dimalam hari ada aura tersendiri, disini kami juga tak lupa untuk take gambar.
Menikmati suasana SLG dimalam hari dengan saling bercerita bercanda di atas rerumputan yang nyaman membuat kami betah berlama-lama di sini. Tak terasa waktu sudah hampir tengah malam dan kami putuskan untuk segera pulang ke rumah Fariza.
Kita berempat sampai lupa bahwa sejak jelajah malam kami belum makan, akhirnya setelah sampai rumah Fariza kami segera makan terlebih dahulu
selesai makan kami pun tidur untuk hari terakhir besok.
Hari terakhir ini kami tidak kemana-mana hanya bersantai saja dirumah dan take gambar perpisahan
Cukup lama take gambar terakhir ini, selesai take gambar kami bersiap-siap diri dan beres-beres barang kami. Sebelum pulang kami makan dahulu. Ada rasa yang berat untuk kembali ke kota Solo, bukan kerena apa, tapi hanya merasa berat untuk mengakhiri dan bertanya-tanya kapan lagi kita bisa seperti ini??? , menjelajah bersama, menikmati waktu bersama, bercanda tawa bersama, yang mungkin saja akan sulit untuk kita mengulang itu semuanya.
Sekitar pukul satu kami bertiga pulang menuju kota Solo, Fariza menyusul ke kota Solo keesokan harinya. Seperti diawal perjalanan kami harus naik bus kecil dulu sampai terminal nganjuk kemudian oper bus SK
Sekian perjalanan dari empat jejaka tangguh pakelonan jelajah Kediri Blitar
*sebuah perjalanan yang bukan hanya menjadi sebuah perjalanan saja, namun perjalanan ini mengajarkan kami arti tentang sebuah persahabatan dan arti tentang waktu untuk seseorang
terimakasih Kediri Blitar, kota yang ramah bagi kami para pendatang
terimakasih kawan sudah meluangkan waktu kalian untuk sejenak berpetualang dengan ku
aku sangat hargai waktu yang kalian berikan, karena ketika kalian memberikan waktu kalian untukku berarti kalian sudah memberikan sebagian dari hidup kalian yang tak bisa diambil lagi
terimakasih kawan ~~~~~~~
Sampai jumpa lagi
0 Comments