Obrolan santai di grup WA Infras menjadi awal kisah kami berempat jelajah menuju Kediri-Blitar.
Dari sekedar saling mananyakan kabar tentang pengisian kartu rencana studi bagi mereka yang transfer kuliah hingga muncul satu kalimat dari Fariza "ayo, kapan Kediri" , dan sontak seorang Arif Fitria langsung menjawab "ayo, saiki wae" ---sedikit heran sih, tak biasanya seorang Arif Fitria serius ngajak dolan , hahaha--- . Itulah awal kisah Empat Jejaka Pakelonan jelajah menuju Kediri dan Blitar.
Personil jelajah Kediri-Blitar tetap sama saat edisi Perjalanan Empat Jejaka Tangguh. Pertama saya sendiri Bayu Saputra as bayJoee , kemudian ada Azis Nugroho as Onad, Arif Fitria as Icus, dan Fariza Rubawi as Gadul.

Dari obrolan itu kami putuskan berangkat kamis dini hari dengan menggunakan bus (balap) sumber kencono :) , segala persiapan kami siapkan masing-masing sesuai keperluan pribadi masing-masing. Azis berangkat menuju rumahku terlebih dahulu untuk menitipkan motor kemudian Aziz dan aku berangkat menuju kontrakan Pakelonan. Sampai dikontrakkan kami santai sejenak selagi menunggu kedatangan si Arif. Lama juga menunggu anak itu ---sudah biasa kami menunggu lama hanya untuk anak itu--- . Getar suara hp Aziz berbunyi dan yap si Arif besoknya harus maju konsultasi laporan, dan yaa sudahlah malam itu kami pun berangkat bertiga menuju Kediri tanpa si Icus.
Berangkat dari Solo sekitar pukul 2.00 pagi dan sampai di Kediri sekitar pukul 6.00 pagi tapi sebelum sampai di Kediri kami bertiga harus transit dulu di Terminal Nganjuk guna oper bus mini dengan perjalanan dari Terminal Nganjuk-Kediri (jembatan baru) sekitar satu jam. Sampai di jembatan baru kami masih harus berjalan kaki menikmati paginya Kediri menuju rumah Fariza sekitar 45 menit, cukup melelahkan sih, tapi juga terbayar sunrise pertama di Kota Tahu diatas Sungai Brantas.


Berjalan 45 menit melintas jembatan baru Sungai Brantas; pabrik rokok gudang garam; dan juga persawahan sampai juga di rumah Fariza sekitar pukul 7.00 pagi. Sampai disini kami disambut hangat oleh abahnya Fariza. Istirahat sejenak dan menyusun tujuan perjalanannya di hari pertama. Hari pertama kami langsung menuju ke kota Blitar.
Tujuan utama di Blitar adalah kompleks makam dari presiden pertama kita yaps, kita menuju kompleks makam Bung Karno, kemudian tujuan kedua adalah rumah Gebang atau Istana Gebang, dan yang terakhir kita napak tilas di Candi Penataran. Berangkat menuju Blitar dengan empat personil, yap empat personil tapi bukan dengan si Arif melainkan dengan pacarnya Fariza, sebut saja Imah, hehehe. Setelah beres-beres dan berbenah diri kami berempat siap menuju Blitar.
Perjalanan dari Kabupaten Kediri menuju Blitar kurang lebih ditempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Ditengah perjalanan menuju Blitar kami harus berhenti sejenak karena ada razia lalu lintas, tapi kami santai saja karena surat-surat kendaraannya lengkap. Melanjutkan perjalanan menuju makam Bung Karno ditemani dengan suasana langit yang sedikit malu mebiaskan cahaya terang matahari.
Sampai di tujuan pertama kami berempat disambut gerimis kecil diantara teriknya panas matahari. Memasuki kompleks makam ini kita akan disuguhi perpaduan gaya arsitektur modern hingga tradisional, dari nampak depan khas dengan gaya minimalis kotak-kotak sampai pada gapura tinggi dengan sentuhan gaya pintu gerbang Kerajaan Majapahit dan di bangunan utama kita akan menemukan bangunan beratapkan joglo khas sekali dengan nuansa jawa klasik.



Oh, iya, kompleks makam ini terdiri dari tiga bangunan utama, yang pertama adalah museum mini, kemudian ada perpustakaan, dan yang terakhir adalah kompleks makam bung karno itu sendiri.Ketika pertama memasuki bangunan ini kita akan menemukan patung bung karno yang sedang duduk dengan kaki kiri disilangkan diatas kaki kanan.
Kami menjelajah di bagian museum dulu, ---masuk kedalam museum ini tidak dipungut biaya sama sekali--- disini kita dapat melihat koleksi foto kegiatan kenegaraan Bung Karno dari masa ke masa, selain foto kita juga dapat melihat koleksi mata uang indonesia yang bergambar Bung Karno dari tahun ke tahun. Di museum ini kita juga dapat melihat pusaka keris yang dimiliki Bung Karno yang ditempatkan dalam peti dimana peti itu selalu dibawa kemana pun bapak proklamator kita itu pergi, dari tugas kenegaraan hingga diasingkan oleh pihak belanda.
Di samping museum terdapat perpustakaan, tetapi sayang kami tidak bisa masuk karena sedang tutup. Semakin tinggi matahari semakin banyak pula peziarah yang datang meski hujan mengguyur beberapa saat tetapi tetap saja ramai ---kharisma seorang bung Karno tak bisa di pungkiri---, selanjutnya kita menuju bangunan utama, yaaa kompleks makam, sebelum masuk ke makam kita akan melewati gapura tinggi seperti yang saya cerita tadi. Penuh dengan para peziarah yang memanjat doa untuk bapak proklamator kita. Kami di sini hanya menikmati aura tenang dan syahdu diantara peziarah yang melantunkan doa. Cukup lama kami disini, kemudian kami lanjutkan menuju ke tujuan kedua yaitu Istana Gebang.
Dari kami berempat ternyata belum ada yang tahu persisnya dimana itu Istana Gebang berada, alhasil kita bertanya pada warga sekitar dan hanya skitar 10 menit saja. Ok, perjalanan kita lanjutkan menuju Istana Gebang dengan gerimis yang menemani sepanjang perjalanan. Petunjuk arah kami si Fariza yang notabene asli kediri dan mungkin tak asing dengan jalanan kota Blitar, tapi kenyataan berkata lain kami harus berputar-putar sekitar 20 menitan. Sampai di istana atau rumah Gebang gerimis masih menyapa, tampak dari depan kita akan menjumpai suasana khas perpaduan jawa dan belanda. Pertama memasuki di halaman Rumah Gebang kita akan disambut patung Bung Karno yang berdiri gagah.
Memasuki ruang pertama di Rumah Gebang kita mengisi daftar pengunjung dulu meski tidak diwajibkan sih, tapi apa salahnya jika kita mengisi sebagai arsip pengunjung. Diruang ini kami menjumpai tempat penerimaan tamu dengan foto Bung Karno yang terpasang didinding. Selanjutnya kami mengitari satu persatu ruangan yang ada, termasuk kamar Bung Karno saat masih muda, ada aura tersendiri ketika memasuki kamar ini ---memang aura kharisma tidak pernah ingkar---.

Ruang demi ruang kami jelajahi sampai hingga diruang dapur atau orang jawa mengenalnya dengan nama “pawon”. Perabotan masak, makan, hingga meja dan kursi makan masih tersimpan rapi meski sedikit usang oleh debu. Melanjutkan ke ruang berikutnya menuju tempat garasi dimana mobil yang digunakan oleh Bung Karno disimpan. Mobil ini dipesan khusus langsung oleh Bung Karno sendiri. Mobil berwarna hitam ini tampak kurang terawat menurutku, cat-cat pada mobil sedikit mulai terkelupas dan tertutup oleh debu tetapi tak menghalangi eloknya mobil ini saat masih jayanya. Cukup puas megunjungi Istana Gebang perjalanan kami lanjutkan menuju Candi Penataran dengan diiringi rintikan hujan gerimis. Perjalanan ke Candi Penataran ditempuh sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda motor. Jalan menuju ke Candi Penataran searah dengan jalan menuju makam Bung Karno. Yapss dari kami berempat lagi-lagi belum ada yang tahu dimana Candi Penataran itu berlokasi. Kami hanya mengikuti plakat petunjuk arah meenuju Candi Penataran. Sampai di pintu gerbang wisata Candi Pentaran kami harus membayar retribusi masuk menuju kawasan wisata ini hanya sebesar Rp. 3000 , cukup murah untuk sebuah kawasan wisata sejarah seperti ini. Tak perlu waktu lama untuk kami sampai diperkiran wisata Candi Penatran. Masuk kedalam Candi Penataran tidak ditarik biaya masuk lagi. Hal pertama yang saya rasakan ketika masuk di sini adalah suasana nyaman ---imajinasiku mulai liar, dimana aku mulai merasakan suasana ketika candi ini masih difungsikan dan itu sangat menakjubkan bagiku---. Sebelum mencapai ke candi utama kita akan disuguhi pelataran candi yang hijau rumput dan satu bangunan candi yang mungkin dulunya digunakan seabagi tempat memuja. Tak lupalah kita sempatkan narsis ---sangat ikonik ketika candi dijadikan obyek background foto---.



Guyuran hujan menghentikan langkah kami untuk menikmati panorama Candi Penataran, yaaa kami beteduh dahulu sembari menikmati hujan yang syahdu membasahi Candi Penataran. Hanya sekitar sepuluh menit hujan mengguyur kawasan ini dan sang surya pun menampakkan dirinya dengan penuh senyum semangat. Kami melanjutkan mengitari candi, sampai juga di kawasan candi utama, candi utama ini terdiri dari tiga tingkat ---meski kami tak paham dengan maksudnya kami cukup menikmati ukiran relief candi---. Puncak candi utama ini mungkin dulunya sebagai tempat memuja, karena kami menemukan dupa dan sesaji sembahyang. Pemandangan dari atas cukup indah dan menawan. Puas menikamti Candi Penataran kami putusan pulang ke rumah Fariza. Ditengah perjalanan hujan kembali mengguyur sepanjang perjalanan menuju rumah Fariza. Sekitar pukul 6.30 petang kami sampai dirumah Fariza dan istirahat utuk perjalanan hari berikutnya.
Bersambung.............................................................
Dari sekedar saling mananyakan kabar tentang pengisian kartu rencana studi bagi mereka yang transfer kuliah hingga muncul satu kalimat dari Fariza "ayo, kapan Kediri" , dan sontak seorang Arif Fitria langsung menjawab "ayo, saiki wae" ---sedikit heran sih, tak biasanya seorang Arif Fitria serius ngajak dolan , hahaha--- . Itulah awal kisah Empat Jejaka Pakelonan jelajah menuju Kediri dan Blitar.
Personil jelajah Kediri-Blitar tetap sama saat edisi Perjalanan Empat Jejaka Tangguh. Pertama saya sendiri Bayu Saputra as bayJoee , kemudian ada Azis Nugroho as Onad, Arif Fitria as Icus, dan Fariza Rubawi as Gadul.
Dari obrolan itu kami putuskan berangkat kamis dini hari dengan menggunakan bus (balap) sumber kencono :) , segala persiapan kami siapkan masing-masing sesuai keperluan pribadi masing-masing. Azis berangkat menuju rumahku terlebih dahulu untuk menitipkan motor kemudian Aziz dan aku berangkat menuju kontrakan Pakelonan. Sampai dikontrakkan kami santai sejenak selagi menunggu kedatangan si Arif. Lama juga menunggu anak itu ---sudah biasa kami menunggu lama hanya untuk anak itu--- . Getar suara hp Aziz berbunyi dan yap si Arif besoknya harus maju konsultasi laporan, dan yaa sudahlah malam itu kami pun berangkat bertiga menuju Kediri tanpa si Icus.
Berangkat dari Solo sekitar pukul 2.00 pagi dan sampai di Kediri sekitar pukul 6.00 pagi tapi sebelum sampai di Kediri kami bertiga harus transit dulu di Terminal Nganjuk guna oper bus mini dengan perjalanan dari Terminal Nganjuk-Kediri (jembatan baru) sekitar satu jam. Sampai di jembatan baru kami masih harus berjalan kaki menikmati paginya Kediri menuju rumah Fariza sekitar 45 menit, cukup melelahkan sih, tapi juga terbayar sunrise pertama di Kota Tahu diatas Sungai Brantas.
Berjalan 45 menit melintas jembatan baru Sungai Brantas; pabrik rokok gudang garam; dan juga persawahan sampai juga di rumah Fariza sekitar pukul 7.00 pagi. Sampai disini kami disambut hangat oleh abahnya Fariza. Istirahat sejenak dan menyusun tujuan perjalanannya di hari pertama. Hari pertama kami langsung menuju ke kota Blitar.
Tujuan utama di Blitar adalah kompleks makam dari presiden pertama kita yaps, kita menuju kompleks makam Bung Karno, kemudian tujuan kedua adalah rumah Gebang atau Istana Gebang, dan yang terakhir kita napak tilas di Candi Penataran. Berangkat menuju Blitar dengan empat personil, yap empat personil tapi bukan dengan si Arif melainkan dengan pacarnya Fariza, sebut saja Imah, hehehe. Setelah beres-beres dan berbenah diri kami berempat siap menuju Blitar.
Perjalanan dari Kabupaten Kediri menuju Blitar kurang lebih ditempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Ditengah perjalanan menuju Blitar kami harus berhenti sejenak karena ada razia lalu lintas, tapi kami santai saja karena surat-surat kendaraannya lengkap. Melanjutkan perjalanan menuju makam Bung Karno ditemani dengan suasana langit yang sedikit malu mebiaskan cahaya terang matahari.
Sampai di tujuan pertama kami berempat disambut gerimis kecil diantara teriknya panas matahari. Memasuki kompleks makam ini kita akan disuguhi perpaduan gaya arsitektur modern hingga tradisional, dari nampak depan khas dengan gaya minimalis kotak-kotak sampai pada gapura tinggi dengan sentuhan gaya pintu gerbang Kerajaan Majapahit dan di bangunan utama kita akan menemukan bangunan beratapkan joglo khas sekali dengan nuansa jawa klasik.
Oh, iya, kompleks makam ini terdiri dari tiga bangunan utama, yang pertama adalah museum mini, kemudian ada perpustakaan, dan yang terakhir adalah kompleks makam bung karno itu sendiri.Ketika pertama memasuki bangunan ini kita akan menemukan patung bung karno yang sedang duduk dengan kaki kiri disilangkan diatas kaki kanan.
Kami menjelajah di bagian museum dulu, ---masuk kedalam museum ini tidak dipungut biaya sama sekali--- disini kita dapat melihat koleksi foto kegiatan kenegaraan Bung Karno dari masa ke masa, selain foto kita juga dapat melihat koleksi mata uang indonesia yang bergambar Bung Karno dari tahun ke tahun. Di museum ini kita juga dapat melihat pusaka keris yang dimiliki Bung Karno yang ditempatkan dalam peti dimana peti itu selalu dibawa kemana pun bapak proklamator kita itu pergi, dari tugas kenegaraan hingga diasingkan oleh pihak belanda.
Di samping museum terdapat perpustakaan, tetapi sayang kami tidak bisa masuk karena sedang tutup. Semakin tinggi matahari semakin banyak pula peziarah yang datang meski hujan mengguyur beberapa saat tetapi tetap saja ramai ---kharisma seorang bung Karno tak bisa di pungkiri---, selanjutnya kita menuju bangunan utama, yaaa kompleks makam, sebelum masuk ke makam kita akan melewati gapura tinggi seperti yang saya cerita tadi. Penuh dengan para peziarah yang memanjat doa untuk bapak proklamator kita. Kami di sini hanya menikmati aura tenang dan syahdu diantara peziarah yang melantunkan doa. Cukup lama kami disini, kemudian kami lanjutkan menuju ke tujuan kedua yaitu Istana Gebang.
Dari kami berempat ternyata belum ada yang tahu persisnya dimana itu Istana Gebang berada, alhasil kita bertanya pada warga sekitar dan hanya skitar 10 menit saja. Ok, perjalanan kita lanjutkan menuju Istana Gebang dengan gerimis yang menemani sepanjang perjalanan. Petunjuk arah kami si Fariza yang notabene asli kediri dan mungkin tak asing dengan jalanan kota Blitar, tapi kenyataan berkata lain kami harus berputar-putar sekitar 20 menitan. Sampai di istana atau rumah Gebang gerimis masih menyapa, tampak dari depan kita akan menjumpai suasana khas perpaduan jawa dan belanda. Pertama memasuki di halaman Rumah Gebang kita akan disambut patung Bung Karno yang berdiri gagah.
Memasuki ruang pertama di Rumah Gebang kita mengisi daftar pengunjung dulu meski tidak diwajibkan sih, tapi apa salahnya jika kita mengisi sebagai arsip pengunjung. Diruang ini kami menjumpai tempat penerimaan tamu dengan foto Bung Karno yang terpasang didinding. Selanjutnya kami mengitari satu persatu ruangan yang ada, termasuk kamar Bung Karno saat masih muda, ada aura tersendiri ketika memasuki kamar ini ---memang aura kharisma tidak pernah ingkar---.
Ruang demi ruang kami jelajahi sampai hingga diruang dapur atau orang jawa mengenalnya dengan nama “pawon”. Perabotan masak, makan, hingga meja dan kursi makan masih tersimpan rapi meski sedikit usang oleh debu. Melanjutkan ke ruang berikutnya menuju tempat garasi dimana mobil yang digunakan oleh Bung Karno disimpan. Mobil ini dipesan khusus langsung oleh Bung Karno sendiri. Mobil berwarna hitam ini tampak kurang terawat menurutku, cat-cat pada mobil sedikit mulai terkelupas dan tertutup oleh debu tetapi tak menghalangi eloknya mobil ini saat masih jayanya. Cukup puas megunjungi Istana Gebang perjalanan kami lanjutkan menuju Candi Penataran dengan diiringi rintikan hujan gerimis. Perjalanan ke Candi Penataran ditempuh sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda motor. Jalan menuju ke Candi Penataran searah dengan jalan menuju makam Bung Karno. Yapss dari kami berempat lagi-lagi belum ada yang tahu dimana Candi Penataran itu berlokasi. Kami hanya mengikuti plakat petunjuk arah meenuju Candi Penataran. Sampai di pintu gerbang wisata Candi Pentaran kami harus membayar retribusi masuk menuju kawasan wisata ini hanya sebesar Rp. 3000 , cukup murah untuk sebuah kawasan wisata sejarah seperti ini. Tak perlu waktu lama untuk kami sampai diperkiran wisata Candi Penatran. Masuk kedalam Candi Penataran tidak ditarik biaya masuk lagi. Hal pertama yang saya rasakan ketika masuk di sini adalah suasana nyaman ---imajinasiku mulai liar, dimana aku mulai merasakan suasana ketika candi ini masih difungsikan dan itu sangat menakjubkan bagiku---. Sebelum mencapai ke candi utama kita akan disuguhi pelataran candi yang hijau rumput dan satu bangunan candi yang mungkin dulunya digunakan seabagi tempat memuja. Tak lupalah kita sempatkan narsis ---sangat ikonik ketika candi dijadikan obyek background foto---.
Guyuran hujan menghentikan langkah kami untuk menikmati panorama Candi Penataran, yaaa kami beteduh dahulu sembari menikmati hujan yang syahdu membasahi Candi Penataran. Hanya sekitar sepuluh menit hujan mengguyur kawasan ini dan sang surya pun menampakkan dirinya dengan penuh senyum semangat. Kami melanjutkan mengitari candi, sampai juga di kawasan candi utama, candi utama ini terdiri dari tiga tingkat ---meski kami tak paham dengan maksudnya kami cukup menikmati ukiran relief candi---. Puncak candi utama ini mungkin dulunya sebagai tempat memuja, karena kami menemukan dupa dan sesaji sembahyang. Pemandangan dari atas cukup indah dan menawan. Puas menikamti Candi Penataran kami putusan pulang ke rumah Fariza. Ditengah perjalanan hujan kembali mengguyur sepanjang perjalanan menuju rumah Fariza. Sekitar pukul 6.30 petang kami sampai dirumah Fariza dan istirahat utuk perjalanan hari berikutnya.
Bersambung.............................................................
0 Comments