Kepingan Memori Part #2 : Enam Lelaki Lima Kota Empat Wisata Tiga Hari Dua Malam Satu Tujuan

Perjalanan dilakukan dengan formasi yang sama ketika berangkat dari Solo menuju Kediri, aku dan Fariza dengan si biru MX, Azis dan Gilang dengan si putih Vixion, sedangkan si merah Titan berganti dengan si abu-abu Vega dan ditumpangi "kakak-adik" Apif dan Arif. Kepala dari perjalanan adalah Fariza yang notabene pernah ke Malang dan hafal tentang Kediri tentunya. 
Menuju Air Terjun Dolo diperlukan waktu sekitar satu jam dengan trek yang akan menanjak jika hampir sampai tempat parkiran. Jalanan Kota Kediri yang ramai menyapa ketika memasuki kawasan kota, melewati jembatan sungai Brantas yang membelah Kediri. 
Jalanan mulai menanjak dan sedikit memperlambat perjalanan kami tetapi kita tak akan menyesal dengan pemandangan sepanjang menuju Dolo. Ada beberapa tanjakan yang harus kita lewati dengan gigi satu, memang beberapa tanjakan menuju Dolo ini cukup ekstrim. Satu jam perjalanan tak terasa sudah kami lewati dan akhirnya sampai juga di area parkir Air Terjun Dolo meski ketika melewati beberapa tanjakan tadi salah satu dari kami harus turun dari motor.

view dijalan menuju Dolo
eksis dulu
Biaya masuk ke kawasan ini Hanya 7000 per orang dan itu sudah termasuk parkir dan masuk ke air terjunnya. 

"Lha, air terjun ndi Ja?" tanyaku pada Fariza. 
"Kae sebelah kono!" Jawab Fariza sambil menunjuk ke arah anak tangga 
Oh, ternyata kita harus menuruni anak tangga dahulu baru sampai di Air terjunnya. Pikirku paling dekat seperti kalau kita ke Grojogan Sewu. Selangkah demi selangkah kami menuruni anak meski tak kunjung sampai -____-. Hampir 20 menit lebih kami harus menuruni anak tangga dan itu cukup menguras tenaga. 
Gemericik air sudah terdengar dan membuat kami bergegas menuju sumber suara itu dan yapp, akhirnya sampai juga di Air Terjun Dolo. Dinginnya air bak es pun terasa sangat ketika bersentuhan dengan kulit. 
Oke, tak pikir panjang, langsung ganti celana pendek dan baju, kemudian "byuurrrrr" basah sudah tubuh kami, hahaha. Cukup lama kami bermain air disini dan mengingat sudah mulai siang kami putuskan untuk segera berbenah diri. 
Entah tidak melihat kamar mandi atau kami kurang tahu fasilitas disini, akhir kami berganti pakai di hutan, hahaha. Berjalan agak jauh dari keramaian masuk kedalam hutan dan kami berganti pakaian, hahaha

adem brrr
eksis lagi
Selesai berkemas dan segera melanjutkan perjalanan tapi bagiku sedikit malas karena harus menaiki anak tangga yang sangat menguras tenaga, alhasil aku lah yang paling terakhir sampai di area parkiran :v ---jangan tanya berat badanku waktu itu. 
Istirahat sejenak sembari menentukan tujuan selanjutnya. 
Tujuan selanjutnya adalah Poh Sarang yang tak lain adalah kompleks gereja. Poh Sarang sendiri satu jalur dengan Dolo.Tak butuh waktu lama untuk sampai disini, tak ada retribusi masuk ke kawasan ini, hanya parkir saja ketika sampai di pelataran pintu masuk. 
Suasana nyaman itulah yang kami temukan, maklum Poh Sarang ini dikelilingi oleh banyak pohon besar. Berjalan memasuki halaman utama kita akan melewati sebuah pendopo, kemudian makam, dan sampai pada halaman utama. 
"Yang hitam-hitam ini darimana?" tanya petugas disana. 
"Dari Solo, pak." Jawabku. 

ini lho satpamnya
melintasi jalan salib
Kemudian kami menyusuri jalan yang menggambarkan perjalanan salib. Cukup lama kami disini, sembari beristirahat kami tentukan mau lanjut kemana. Akhirnya kami putuskan untuk mengisi perut dahulu yang sudah meronta-ronta meminta haknya, kemudian kami cuss ke rumah pacarnya Fariza, hahaha, lumayan makan gratis. Sekitar pukul dua kami sampai dirumah pacarnya Fariza, sembari menunggu masakan matang kami berbincang-bincang ini itu dan tak terasa makanan pun sudah siap. 
Mungkin karena laparnya mereka mengambil nasinya banyak sekali. 
"Loh, sego endi kie?" cetusku ketika nasi habis ---efek mengambil paling terakhir--- tapi akhirnya kita saling berbagi nasi. 
Selesai makan kami lanjutkan perjalanan ke Malang tetapi sebelum lanjut ke Malang kami mampir dahulu ke Simpang Lima Gumul (SLG), bangunan yang menjadi ikon pariwisata Kediri, khususnya di Kabupaten Kediri. Ramai anak muda disini, maklum tempat ini cocok untuk bersantai sekaligus berpacaran, hahaha. Desain yang menarik bagiku, dari parkiran kita tidak menyeberang jalan tapi melewati jalan bawah tanah untuk sampai dititik utama SLG ini. Bangunan SLG ini terinspirasi oleh salah satu bangunan yang ada di paris "Arc de Triomphe". Entah tujuannya apa dibangun Simpang Lima Gumul tapi ada yang menyebutkan bahwa ini merupakan tanda untuk menyatukan lima daerah di Kediri.

hidangan santap siang
waktu di Gumul
Meski mirip Arc de Triomphe tapi didingin monumen ini digambarkan relief-relief tentang sejarah dan kebudayaan Kediri. 
Megah dan ikonik, namun ada sentuhan budaya lokal, itulah kesan yang kami dapat ketika menginjak monumen ini. Meskipun cuaca  panas namun angin disini cukup kencang. Istirahat sebentar sembari mengabadikan momen. Perbincangan tentang dunia sipil tak pernah lepas ketika kami beristirahat untuk menentukan tujuan selanjutnya. 

"Pye, Malang e pye iki?" tandas si Aziz. 
"Wis, langsung lanjut wae!" Cetus Fariza. 
Selesai dari SLG kami pun bergegas menuju Malang, mengingat hari sudah mulai sore dan jalan menuju malang via Batu pasti sudah ramai. 
sekitar pukul empat kami langsung gasss menuju tujuan awal kami 

dan............. 

Post a Comment

0 Comments