Telinga, Tinnitus, dan Tes Audiometri

Kebiasaan saya menggunakan peranti headset saat menonton film maupun mendengarkan musik berubah total sejak telinga saya mengalami gangguan pendengaran disertai munculnya suara denging dari dalam telinga (Tinnitus). Kini, kebiasaan itu sudah saya kurangi bahkan tidak jarang saya sudah tidak menggunakan lagi headset saat menonton film maupun mendengarkan musik.

Tidak ada yang salah dengan penggunaan peranti headset dan sejenisnya selama masih dalam batas toleransi. Baik dalam hal intensitas penggunaan ataupun dalam hal paparan suara bising yang diterima oleh telinga. Namun, sejak Tinnitus datang, ketika saya menggunakan headset walau sebentar saja, telinga saya akan berdenging sejenak. Oleh karena itu, saya mulai membuang jauh-jauh penggunaan headset dan sejenisnya.

23 Maret 2020 yang lalu, saya kembali ke RSUD Ngipang Surakarta untuk melanjutkan perawatan telinga saya yang mengalami gangguan pendengaran. Kunjungan ini merupakan kunjungan kedua saya. Telinga kiri saya mengalami gangguan berupa telinga terasa penuh disertai dengan kehilangan pendengaran. Selain itu, pada telinga kiri saya juga muncul suara denging atau bahasa medisnya Tinnitus.

Sekitar pukul tujuh pagi saya sudah berada di RSUD Ngipang. Kali ini saya mendapatkan nomor antrean C10. Lebih cepat 5 nomor dibandingkan saat pertama kali. Hehehe. Antrean pada nomor C belum dimulai saat itu. Baru sekitar pukul setengah delapan, satu demi satu antrean pada nomor C mulai dipanggil. Sekitar pukul delapan, proses pendaftaran yang saya lakukan sudah selesai dan saya segera menuju ruang poli-THT.

Ketika sampai, kursi-kursi ruang tunggu masih kosong. Maklum karena saya datang lebih awal. Seiring berjalannya waktu, pasien yang berobat semakin bertambah. Tidak sedikit pula yang berurusan dengan telinga seperti saya. Pun bukan hanya mereka yang sudah lanjut usia saja yang berurusan dengan kesehatan telinga, yang muda-muda seperti saya juga tidak sedikit.

Kedatangan saya selain untuk mengetahui kondisi telinga sejak pengobatan pertama pada 13 Maret 2020, juga untuk melakukan tes audiometri. Tes ini untuk mengetahui apakah telinga saya masih bisa mendengar dengan normal atau tidak. Pun apakah diperlukan alat bantu dengar atau tidak. Sebelumnya, pada kunjungan pertama, saya diberi dua pilihan saat kembali lagi. Pertama, hanya melakukan cek kondisi telinga sudah baik atau belum. Kedua, selain melakukan pengecekan dilakukan pula tes audiometri. Lantas saya memilih opsi yang kedua.


Sumber gambar ilustrasi berasal dari freepik.com.

Pukul sembilan pagi dokter yang bertugas (dr. Netty Widiandari, Sp.THT-KL.) belum datang. Kursi-kursi ruang tunggu mulai penuh dengan pasien-pasien. Selagi menunggu dokter datang saya asyik dengan gawai saya. Tidak lain ya untuk mengusir kebosanan. Tiba-tiba nama saya dipanggil oleh seorang petugas dan disuruh untuk mengikutinya. Ternyata petugas itu adalah petugas dari bagian tes audiometri. Sampai di depan ruang tes audimetri saya diminta untuk menunggu sebentar. Tidak sampai lima menit, nama saya dipanggil lagi.

Sebelum melakukan tes audiometri, saya ditanya soal keluhan yang saya derita. Lantas saya menjelaskan soal Tinnitus yang saya derita. Setelah penjelasan saya selesai, saya menjalani tes audiometri. Saya diberikan instruksi mengenai tes audiometri ini. Nantinya saya akan memakai headset. Bila mendengar bunyi, saya diminta untuk mengangkat tangan. Bunyi yang dihasilkan akan berbeda-beda sehingga saya diminta untuk konsentrasi penuh. Setelah instruksi selesai, saya memulai tes audiometrinya.

Setelah tes audiometri yang saya lakukan selesai, saya diberi tahu hasilnya. Telinga kiri maupun kanan saya masih masuk dalam batas normal sehingga tidak memerlukan alat bantu pendengaran. Hasil dari tes audiometri saya, telinga kiri 17 db dan telinga kanan 18 db. Selesai dari tes audiometri, saya kembali ke ruang poli-THT dan menyerahkan salinan hasil tes yang saya lakukan pada asisten dokter.

Tidak berselang lama setelah saya menyerahkan hasil tes audiometri, dokter yang bertugas pun datang. Segera setelah dokter datang satu persatu pasien dipanggil. Setelah menunggu beberapa antrean, nama saya dipanggil. Kali ini saya langsung disuruh ke meja dokter. Dokter kemudian menanyakan kondisi saya setelah berobat pada 13 Maret 2020. Lantas saya menceritakan semuanya. Telinga kiri saya juga tidak luput untuk dicek dan dokternya mengatakan kalau telinga kiri saya baik-baik saja. Pun ketika dokter memeriksa hasil tes audimetri saya, dokter menyatakan bahwa telinga saya dalam kondisi baik sehingga tidak perlu menggunakan alat bantu dengar.

"Kurangi headset-nya ya. Bukan tidak boleh, tapi ingat waktu. Awas, nanti umur 35 sudah seperti umur 65. Telinganya maksudnya. Apa mau pakai alat bantu dengar?"

Kiranya begitu kata-kata dokter yang masih terngiang dalam kepala saya. Kunjungan kedua saya ini tidak berlangsung lama karena hanya mengecek keadaan telinga. Berhubung telinga saya sudah baik dan suara denging (Tinnitus) kian melemah, saya tidak perlu melakukan kontrol lagi. Hanya saja bila nantinya telinga kembali bermasalah, saya disuruh untuk kembali lagi. Selesai dari pemeriksaan, saya menuju bagian farmasi untuk menebus obat. Sebelum keluar ruangan, dokter kembali mengingatkan untuk mengurangi penggunaan headset dan sontak saya menjawab dengan, "shhiiaap." Hehehe.

***

Menjaga kesehatan telinga juga tidak kalah penting. Tinnitus yang saya derita cukup memengaruhi saya. Di awal Tinnitus datang, saya mengalami kesulitan untuk tidur. Suara denging yang muncul sungguh mengganggu! Ketika saya membagikan pengalaman berkaitan dengan Tinnitus di media sosial, ternyata tidak sedikit yang mengalaminya. Tinnitus ini memang sedikit bandel. Sekalinya datang susah perginya. Sebelum hendak tidur dan bangun pagimu disambut dengan suara aneh, ada baiknya mencegah satu dari sekian banyak penyebab Tinnitus yaitu dengan membatasi penggunaan headset.


Catatan tambahan:
* Seiring dengan berkurangnya intensitas penggunaan headset, suara denging pada telinga kiri saya kian berkurang. Memang belum sepenuhnya hilang, tapi sudah tidak mengganggu dan saya bisa tidur dengan normal lagi.
* Batasi penggunaan headset dan sejenisnya. Serta tidak perlu membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud.
* Bila mengalami gangguan kesehatan pada telinga jangan ragu atau takut untuk ke dokter THT.
* Seperti yang sebelumnya, proses pemeriksaan berlangsung nyaman dan dokter maupun asistennya sangat ramah.
* Sila dan mari berbagi untuk yang sedang mengalami Tinnitus. Pun bagi yang sudah sembuh sangat dipersilakan. Dalam media sosial Twitter sila gunakan tagar #Tinnitus untuk saling berbagi. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments