Cinta, Kasih, dan Taman Balekambang

Rasa cinta dan sayang kepada kedua putrinya menjadi dasar pembuatan taman ini, taman yang kemudian diberi nama Partini Tuin dan Partinah Bosch atau yang kini lebih akrab disebut Taman Balekambang.


Pagi ini suasana kota Solo sedikit sendu lantaran gerimis sudah menyapa sedari pagi menjelang. Rintik hujan itu memang aneh, ia selalu saja bisa memutar ruang ingatan masa lalu ketika ia datang turun membasahi tanah. September telah berlalu dan kini sudah memasuki penghujung bulan ke-10. Ah, tak terasa hanya tinggal 2 bulan lagi 2017 akan berakhir.

Bulan ke-10 itu kembali membawaku ke sebuah taman yang sudah sangat familiar di kalangan masyarakat Solo dan sekitarnya. Taman yang dahulunya adalah tempat bersantai ataupun berekreasi bagi keluarga kerajaan saja namun saat ini sudah dibuka untuk masyrakat umum. Taman ini sekarang dikenal dengan nama Taman Balekambang.
Dahulu taman ini dikenal dengan nama Partini Tuin dan Partinah Bosch namun lambat laun dikenal dengan nama Taman Balekambang. Nama Balekambang sendiri diambil dari kata Bale yang berarti rumah/pendopo dan kambang berarti mengapung. Penamaan ini merujuk pada sebuah bangunan yang berada di tepi kolam yang seolah-olah mengapung di atas air.



Tak terasa taman ini sudah sembilan dasawarsa lebih berdiri. Tepatnya pada tahun 2017 ini ia akan berusia 96 tahun. Sejarah panjang juga ikut menyertai perjalanan taman Balekambang. Dari taman yang khusus untuk keluarga raja kemudian menjelma menjadi sebuah taman kota. Tak luput pula perjalanan pilu sempat mewarnai perjalanan taman Balekambang. Stigma negatif pernah tersemat untuk taman ini. Namun pada akhirnya taman Balekambang mampu menjelma menjadi taman kota yang nyaman dan aman untuk masyarakat.
Pada tanggal 26 Oktober di tahun 1921 berdirilah sebuah taman yang terletak tak jauh dari Umbul Manahan. Di dibangun oleh penguasa praja Mangkunegaran saat itu yaitu KGPAA Mangkunegara VII atas dasar rasa cintanya kepada kedua putrinya yaitu Partinah dan Partini.


Rintik hujan yang menyapa ketika pagi hari kini sudah tak nampak lagi. Meskipun awan mendung masih menggantung di langit kota Solo. Suasana di taman ini sudah cukup ramai ketika aku sampai mengingat saat aku berkunjung bertepatan dengan akhir pekan. Kunjunganku ke taman Balekambang ini untuk berkumpul dengan beberapa orang yang aku kenal lewat sebuah komunitas. Terlebih ada yang ingin bertatap muka dengan seseorang yang baru pulang dari Korea.

Beberapa remaja sedang asyik berpose di dekat patung Partinah. Ada pula remaja yang nampaknya sedang dilanda asmara. Tak luput lupa para orang tua yang sedang bersantai sekaligus menemani anaknya bermain di taman ini. Aktivitas para pekerja yang sedang merenovasi panggung terbuka pun mewarnai akhir pekan ini. Area panggung terbuka ini biasa digunakan untuk gelaran Sendratari Ramayana Balekambang yang dipentaskan setiap purnama.

Di area Partinah Bosch ini udara begitu sejuk. Maklum saja pohon-pohon besar nan tinggi membuat taman ini begitu teduh dari sengatan matahari di waktu siang hari. Ketika sedang berjalan-jalan menikmati taman Balekambang tak perlu heran ketika melihat rusa berkeliaran di taman ini. Rusa ini memang sengaja dipelihara di sini oleh pemkot Solo.



Patung Partinah.

Perkembangan kota Solo di masa pemerintah Paku Buwono X dan Mangkunegara VII begitu terasa. Dua penguasa tanah Bengawan itu saling beradu "gengsi" demi membangun kerajaannya. Bila Kasunanan sudah memiliki Bon Rojo atau yang dikenal dengan Taman Sriwedari makan pada tahun 1921 Mangkunegara VII membangun taman Balekambang. Pembangunan taman di kota Solo sendiri sejatinya bukan hanya sebagai paru-paru kota ataupun tempat rekreasi keluarga kerajaan semata tetapi juga sebagai tempat resapan air agar banjir yang sering menghantui kota ini bisa diminimalisir.

Mangkunegara VII mungkin tergoda akan imaji taman yang bernuansa Eropa. Maka tidaklah heran bila ada patung-patung yang menghiasi taman ini. Dan kedua patung yang menghiasi taman ini adalah wujud ekspresi cinta kasih terhadap kedua putrinya.


Setelah berjalan santai di sekitar patung Partinah, lantas langkah kaki ini menuju sebuah kolam yang terletak di ujung barat taman Balekambang. Di kolam ini terdapat patung Partini dan sebuah bale yang terletak di tepian kolam. Orang-orang yang sedang memancing meramaikan kolam ini. Bukan hanya mereka saja ada juga para orang tua yang sedang bersantai di tepi kolam dan ada pula pasangan muda-mudi yang sedang asyik mengobrol di kursi-kursi taman.

Angin bertiup sepoi-sepoi namun sesekali berhembus kencang hingga meriakkan air kolam. Awan mendung sudah pergi membuat terik matahari begitu terasa. Nampaknya bukan hanya aku yang merasa sedikit gerah tetapi rusa-rusa di sini pun juga ikut merasakannya. Ada yang sendiri di bawah pohon ada pula yang bergerombol berteduhnya.

Selepas berjalan-jalan di sekitar Partini Tuin aku kembali ke tempat berkumpul. Obrolan-obrolan hangat menemani sepanjang siang. Dari topik perjalanan hidup, asmara, wisata, hingga cagar budaya. Tak terasa sudah hampir 4 jam aku berada di taman ini. Dan akhirnya aku putuskan untuk pulang meninggalkan taman yang sarat akan cinta kasih juga sejarah.


Patung Partini (kanan) dan Bale yang mengapung (kiri).


Rusa yang sedang berteduh.

Rasa cinta dan kasih adalah alasan mengapa taman ini tercipta. Ketika sang penguasa Praja Mangkunegaran membangun atas dasar cinta kasih sudah selayaknya kita juga menerapkan cinta kasih kepada lingkungan.

Perjalanan Balekambang sebagai taman sudah begitu panjang. Stigma negatif yang pernah singgah kini sudah pergi. Adalah tugas kita bersama untuk menjaga agar Taman Balekambang terus lestari.



Mari mengenal lebih dekat kota masing-masing.




Catatan tambahan:
* Taman Balekambang ini berlokasi di jalan Balekambang No.1, Manahan, Banjarsari, Surakarta. Titik acuan menuju Taman Balekambang adalah Dinas Perhubungan Kota Solo dari Dishub bisa bertanya ke warga sekitar karena lokasinya tidak jauh dari Dishub atau bisa gunakan gps pada google maps. Di situ Taman Balekambang sudah terlokasi.
* Taman Balekambang buka setiap hari.
* Tidak ada retribusi masuk hanya membayar parkir saja.
* Untuk gelaran Sendratari Ramayana hanya ada setiap purnama. Jadwal bisa dilihat di sini.
* Dan tetap jaga kebersihan taman ini ketika sedang berkunjung.

Post a Comment

0 Comments