Jejak Nyanyian Sang Bengawan Di Taman Gesang

Semua bermula ketika musim kemarau di tahun 1940. Saat itu Gesang muda sedang duduk ditepian sungai menatap Bengawan Solo yang surut. Ia pun mulai mengungkai kata demi kata, merangkainya menjadi syair pada secarik kertas pembungkus rokok. Enam bulan kemudian Gesang menjuduli tembang barunya itu Bengawan Solo dan sejarah pun terukir.
MF. Mukthi.


Taman yang dibangun di tepi Bengawan Solo ini merupakan sebuah bentuk apresiasi terhadap lagu keroncong yang berjudul sama dengan nama sungai yang melintas di batas timur kota Solo. Sejak dahulu sungai ini sudah begitu termahsyur namanya, tak seberapa airnya ketika musim kemarau namun meluap-luap sampai jauh ketika musim hujan tiba.

Dinding-dinding parapet beton menghalangi pandangan menuju Bengawan Solo. Aliran air sungai itu sudah tak bisa dinikmati lagi ketika memasuki taman ini. Padahal taman ini begitu memikat ketika kita bisa menikmati betapa syahdunya aliran air Bengawan Solo mengalir, seperti yang dirasakan oleh sang maestro ketika menciptakan lagu Bengawan Solo. Sayang, estetika rasa itu hilang karena tuntutan akan tata kota yang rentan terhadap bencana banjir.
Lagu Bengawan Solo terdengar hingga di Negeri Sakura. Popularitasnya begitu tenar di sana hingga pada akhirnya Jepang membuat sebuah taman di tepi Bengawan Solo sebagai penghargaan jasa atas perkembangan musik keroncong. Dan taman yang dibangun tahun 1983 itu dikenal dengan nama Taman Gesang.


Prasasti peresmian.

Sebuah gapura bernuansa putih dengan beberapa aksen warna merah di bagian huruf menyambutku ketika sampai di depan Taman Gesang. Cat yang mengelupas, atap gapura yang sudah tidak berbekas lagi menjadi kondisi pintu masuk taman ini sekarang. Bukan hanya kondisi gapura saja yang malang tetapi juga dengan sebuah batu prasasti yang sudah sulit untuk dibaca lagi.
Batu prasasti yang terletak tepat setelah gapura masuk ini adalah batu prasasti yang menandakan tentang peresmian dari Taman Gesang. Di bangun pada tahun 1983 dan diresmikan pada tanggal 01 Oktober 1993.
Daun-daun kering jatuh berguguran menghiasi taman. Tanaman hias dibiarkan begitu saja tak terawat. Kondisi sudah tak layak bila disebut dengan taman. Kejayaan taman ini kian meredup, terlupakan di antara banyaknya pengunjung Taman Satwa Taru Jurug. Terlebih setelah sang maestro berpulang, nasib taman ini terlantar begitu saja.



Langkah kaki ini perlahan mulai melangkah mengelilingi Taman Gesang. Menyusuri setiap sudut taman yang dahulunya selalu diramaikan dengan hiburan musik keroncong. Alunan nada tembang keroncong beradu dengan suara aliran Bengawan Solo. Ah, betapa syahdunya waktu itu bila hal itu dapat aku saksikan dan rasakan di saat ini.

Dari kejauhan nampak jembatan Jurug yang dibangun pada masa pemerintah Paku Buwono X masih tegak berdiri meski usianya sudah begitu renta. Sebuah pesawat terbang juga menghiasi sudut selatan taman ini. Entah apa korelasinya, mungkin hanya sebagai wahana tambahan saja.


Pesawat, jembatan Jurug, dan dinding parapet beton.

Perjalanan hidupnya di belantika musik keroncong bukanlah berawal dari pencipta lagu keroncong melainkan ia sendiri adalah penyanyi keroncong yang manggung dari pesta kecil ke pesta kecil lainnya. Lagu Bengawan Solo mengantarkannya pada suatu ketenaran, tetapi lelaki bernama Gesang Martohartono yang lahir pada 1 Oktober 1917 ini tetap saja rendah hati, lugu, dan bersahaja.

Kehidupan rumah tangganya tak begitu mulus. Ia berpisah dengan sang isteri. Gesang sendiri juga tidak dikaruniai seorang anak. Hingga akhir hayatnya ia tetap memilih untuk sendiri.
Selain lagu Bengawan Solo, ia juga menciptakan lagu Ali-ali, Luntur, dan Pamitan. Bila mendengarkan lagu-lagu ini seolah ia bercerita bagaimana kehidupannya tentang kehidupan cinta dan asmara.

Gesang yang akan tetap gesang.

Langkah kaki terus menyusuri setiap sudut taman yang tidak terlalu luas ini. Dua orang remaja putri sedang asyik berfoto di bangunan yang dahulunya adalah tempat penonton menikmati alunan lagu keroncong di tepi bengawan. Sayang kondisi semua bangunan di taman ini sudah begitu memprihatinkan. Atap-atap yang dahulu menghiasi sudah tak berbekas lagi yang tersisa kini hanyalah tiang-tiang penyangga bangunan.

Di tengah-tengah taman, juga terdapat satu batu prasasti lagi. Batu prasasti ini menandakan awal dibangunnya Taman Gesang yang didanai oleh Perhimpunan Dana Gesang pada tahun 1983. Tak jauh dari batu prasasti ini terdapat sebuah akrilik Gesang dan sebuah prasasti yang bertuliskan partitur dari lagu Bengawan Solo itu sendiri.

Tak banyak orang yang menginjakkan kakinya di taman ini. Selepas dua orang remaja putri tadi pergi hanya ada beberapa orang tua yang mengajak anaknya singgah sejenak ke taman ini. Tiang-tiang telanjang seolah menjadi keunikan sendiri meskipun hal itu ada karena sebuah ironi. Mahsyurnya Gesang dan Bengawan Solo tak serta merta menjadikan Taman Gesang terus bertahan seiring berjalan jaman. Ia perlu uluran semua tangan agar Taman Gesang kembali gesang.




Di hari-hari tuanya, ia habiskan dengan bercengkerama bersama burung kesayangan. Ia tetap saja pribadi yang lugu nan bersahaja. Pada 20 Mei 2010 sang maestro itu berpulang. Kini ia telah menuju keabadian laksana air Bengawan Solo yang mengalir jauh hingga akhirnya ke lautan abadi. Hampir satu windu semenjak sang maestro berpulang, kondisi Taman Gesang kian tersungkur memperihatinkan.

Matahari pun bergulir menuju ufuk barat dan awan mendung perlahan mulai menggantung di langit kota Solo. Pada akhirnya perjalanan di Taman Gesang inipun aku akhiri, meninggalkan Taman Gesang yang semoga akan jauh lebih beruntung di masa yang akan datang.

Taman Gesang untuk saat ini memang tidak terurus dan terlupakan. Sang maestro telah lama berpulang meninggalkan sebuah mahakarya yang dikenal dunia. Gesang akan tetap gesang sampai kapanpun. Abadilah Gesang dalam setiap aliran nyanyian sang Bengawan.



Seabad Gesang - Abadilah Gesang.



Referensi/sumber pendukung:
* historia.id


Catatan tambahan:
* Taman Gesang terletak di dalam kompleks Taman Satwa Taru Jurug.
* Harga tiket masuk Taman Satwa Taru Jurug sebesar Rp.15.000,00.
* Buka setiap hari dari pukul 08.00-17.00 WIB.

Post a Comment

0 Comments