Kebudayaan adalah hasil dari peleburan dari beberapa budaya dan kemudian menjadi sebuah budaya baru. Tak perlu heran jika terdapat budaya yang mirip karena sejatinya budaya itu saling pengaruh-mempengaruhi. Dan juga tak perlu sok menjadi yang paling terdepan sebagai tameng pelindung kebudayaan ketika budaya kita diklaim oleh orang lain sedang diri kita sendiri abai akan budaya sendiri. Salah satu karya seni budaya yang sudah mengakar di Indonesia terutama di tanah Jawa adalah keris. Ya, keris adalah bagian yang tak terpisahkan dari Jawa. Keris menjadi salah satu penompang utama kebudayaan Jawa sampai penompang tegaknya sebuah keraton.

Semerbak wangi kayu Gaharu atau yang lebih familiar dikenal dengan dupa langsung menusuk hidung ketika baru saja memasuki museum. Ternyata di awal perjalanan museum ini cukup banyak menyita perhatian dari khalayak, baik yang muda sampai yang sudah sepuh.
Langkah kaki ini kemudian menuju meja administrasi yang terletak di sebelah kanan pintu masuk. Sapa ramah petugas museum menyambutku ketika sampai di depan meja administrasi.
"Silahkan, diisi dulu buku tamunya."
Begitulah ucap petugas kepadaku yang mengisyaratkan kepadaku untuk mengisi buku tamu sebelum berkeliling menikmati sajian keris di museum ini.
Setelah selesai mengisi buku tamu lantas petugas tadi memberitahu kepadaku jika tas dan juga jaket harap dititipkan ke tempat loker yang sudah disediakan. Tak perlu menunggu lama aku langsung menuju ruang loker dan segera menikmati museum Keris ini, mengingat bahwa pada hari minggu museum Keris tutup pukul 13.00 WIB.

Wedharing Wacana
Di lantai satu merupakan tempat pengenalan umum dari keris dan juga senjata tradisional dari berbagai negara yang tersaji dalam sebuah poster besar. Tentang pamor keris, penyebaran senjata tradisional dari berbagai negara dijelaskan singkat di sini. Di lantai satu ini pula terdapat ruang presentasi yang menampilkan sajian video informasi mengenai keris. Terdapat dua ruang presentasi tetapi ketika aku berkunjung, hanya satu ruang presentasi yang sedang menyajikan informasi seputar keris.
Di salah satu sudut lantai satu juga terdapat informasi mengenai pelopor dari ilmu keris modern. Beliau adalah KGPH Hadiwidjojo yang juga merupakan putra dari Susuhunan Pakubuwana X. Sepak terjangnya di dunia ilmu keris modern menjadikan ia sebagai sosok yang penting dalam dunia perkerisan Indonesia.
Penyebaran senjata tradisional dari berbagai negara

Purwaning Wacana
Wangi kayu Gaharu masih saja mengikuti ketika aku sampai di lantai dua Museum Keris Surakarta. Di lantai dua ini kita akan mulai melihat koleksi keris. Seingatku koleksi keris di lantai dua merupakan keris dengan gaya Surakarta. Di lantai dua ini pula terdapat perpustakaan, namun yang aku lihat perpustakaan ini masih membutuhkan koleksi buku mengenai dunia perkerisan.
Keris di mata mayarakat masih mempunyai nilai tersendiri. Ada yang masih percaya bahwa di dalam sebuah keris itu ada "sesuatu" dan ada pula yang menganggap keris hanya sebagai hasil dari sebuah karya seni tempa pamor. Keris pun telah beralih fungsi dari yang dahulu adalah sebuah senjata kini menjadi fungsi lain. Salah satunya sebagai pelengkap busana tradisional menuruti ukuran kesopanan berpakaian Jawa jangkep.

Koleksi tombak di lantai dua

Perpustakaan
Cukup lama aku di lantai dua ini. Setiap keris mempunyai keunikannya tersendiri baik itu dari pamor, luk, maupun dhapur keris. Aku hanya terdiam, sungguh betapa kayanya budaya kita ini, dari keris saja sudah begitu banyak macamnya. Selain keris ada juga beberapa tombak yang berada di salah satu sudut lantai dua.
Ilmu keris merupakan ilmu yang dirahasiakan. Ada persyaratan tersendiri jika sesorang ingin belajar membuat keris dan harus di bawah bimbingan para ahli. Keris menjadi sebuah nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat Jawa terutama para pria Jawa.
Beberapa koleksi keris di lantai dua

Cipta Adiluhung
Setelah cukup lama di lantai dua kini, aku sudah berada di lantai tiga. Sesuai tajuk di lantai tiga yaitu Cipta Adiluhung, di tempat ini selain koleksi keris juga menyajikan informasi mengenai pembuatan seni tempa pamor berupa keris. Keris merupakan salah satu hasil cipta karya seni yang bernilai tinggi, guna membuat sebuah keris pun juga perlu memerlukan syarat dan juga keahlian tersendiri. Dan di lantai tiga inilah pertanyaan akan semua itu terjawab.
Satu demi satu informasi tentang pembuatan keris aku nikmati. Ini adalah tambahan pengetahuan mengenai keris bagiku. Banyak orang berlalu lalang di sini. Beberapa anak-anak muda ada yang sibuk mengabadikan momen, ada seorang bapak yang menjelaskan kepada anaknya tentang keris. Ya, apapun niatan mengunjungi museum ini paling tidak mereka akan sedikit membantu mengangkat keris lewat kunjungannya di museum Keris.

Perhatianku di lantai tiga ini tertuju pada rangkaian sesaji dalam membuat keris. Ternyata begitu banyak sesaji yang harus disiapkan sebelum membuat sebuah keris. Sesaji ini hanyalah sebuah doa di mana ada makna tersembunyi di balik setiap sesaji. Tak perlu berprasangka buruk atau mencap seseorang yang sedang melakukan sesaji. Karena dalam kebudayaan Jawa sendiri mengenal Jagad Gede dan Jagad Alit di mana konsep atas kedua itu bukan hanya hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa terapi juga dengan alam sekitarnya.

Rangkaian sesaji

Proses pembuatan keris

Esthining Lampah
Nampaknya, wangi kayu Gaharu tersebar di setiap lantai di museum ini. Hingga di lantai empat yang merupakan lantai terakhirpun wangi dupa masih saja tercium. Di lantai empat inilah koleksi keris berkumpul. Tak seperti di lantai dua atau tiga yang didominasi keris gaya Surakarta dan beberapa gaya Yogyakarta, di lantai empat keris dari berbagai daerah di nusantara tersaji di sini. Ada gaya Banjarmasin, Cirebon, Jawa Timur, Palembang, Sulawesi, Makassar Gowa, Sarung Gayo, dan juga Bali. Setiap gaya keris memiliki keunikan tersendiri dan mata ini seakan diberi pemandangan yang luar biasa. Sungguh memanjakan mata sekali. Selain keris ada pula tombak yang ditata rapi di lantai empat.
Keris yang menjadi ujung tombak di Museum Keris adalah keris hibah dari Presiden RI yaitu bapak Jokowi. Keris bernama Kyai Tengara mempunyai Luk 5 dengan gaya Surakarta.
Suara pengumuman bahwa museum akan tutup pukul 13.00 sudah mulai terdengar dan tak terasa sudah hampir dua jam aku berada di museum ini. Nampaknya butuh waktu lebih dari dua jam untuk menikmati semua koleksi keris di museum. Ya, seperti aku harus kembali lagi ke museum ini suatu saat untuk menikmati setiap keris yang ada.

Kyai Tengara

Koleksi tombak di lantai empat

Keris merupakan salah satu kebudayaan Indonesia. Masyarakat Indonesia termasuk Jawa pada khususnya, mengenal keris sebagai senjata tradisional namun seiring berjalannya waktu keris pun berubah fungsinya.
Mari Ke Museum :)
Beberapa dokumentasi lainnya:

Ruang presentasi




Referensi/sumber pendukung:
* Ristianingrum, Estri. 2006. Skripsi. Studi tentang Keris Karya Suyanto (Kajian tentang Estetika dan Proses Pembuatan). Surakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan. Universitas Sebelas Maret.
* Anggraeni, Riska Ajeng, Achmad Yusuf Alif Fianto, Abdullah Khoir Riqqoh. SIMBOL-SIMBOL BUDAYA DALAM KERIS NAGA KAMARDIKAN KARYA MPU PATHOR RAHMAN. Surabaya. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2. No. 1. Art Nouveau.
* museumsurakarta.blogspot.com
* soloevent.id
Catatan tambahan:
* Harga tiket masuk Museum Keris:
- hari biasa sebesar Rp. 7.500,00
- hari libur sebesar Rp. 10.000,00
- untuk wisatawan asing baik hari biasa sebesar Rp. 15.000,00 dan hari libur sebesar Rp. 20.000,00
- untuk harga tiket lainnya (rombongan) bisa cek di Instagram Museum Keris (@uptmuseum_surakarta)
* Jam buka Museum Keris:
- Selasa hingga Kamis pukul 09.00-15.00 WIB
- Jumat pukul 08.30-11.00 WIB
- Sabtu pukul 09.00-15.00 WIB
- Minggu pukul 09.00-13.00 WIB
- Senin libur.
* Lokasi Museum Keris berada di jalan Bhayangkara, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah atau berada di dekat stadion Sriwedari tepatnya sebelah selatan stadion.
Sebagai orang Jawa, secara tidak langsung aku mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan budaya Jawa supaya tidak hilang ditelan jaman. Banyak cara supaya budaya Jawa tidak hilang dan orang Jawa tidak hilang Jawa-nya.Kali ini dipenghujung akhir pekan bulan Agustus aku berkesempatan mengunjungi sebuah museum yang baru saja diresmikan oleh Presiden RI ke-7 di awal Augustus lalu. Ya, museum itu adalah Museum Keris yang terletak di kompleks taman Sriwedari, Surakarta.
Semerbak wangi kayu Gaharu atau yang lebih familiar dikenal dengan dupa langsung menusuk hidung ketika baru saja memasuki museum. Ternyata di awal perjalanan museum ini cukup banyak menyita perhatian dari khalayak, baik yang muda sampai yang sudah sepuh.
Langkah kaki ini kemudian menuju meja administrasi yang terletak di sebelah kanan pintu masuk. Sapa ramah petugas museum menyambutku ketika sampai di depan meja administrasi.
"Silahkan, diisi dulu buku tamunya."
Begitulah ucap petugas kepadaku yang mengisyaratkan kepadaku untuk mengisi buku tamu sebelum berkeliling menikmati sajian keris di museum ini.
Setelah selesai mengisi buku tamu lantas petugas tadi memberitahu kepadaku jika tas dan juga jaket harap dititipkan ke tempat loker yang sudah disediakan. Tak perlu menunggu lama aku langsung menuju ruang loker dan segera menikmati museum Keris ini, mengingat bahwa pada hari minggu museum Keris tutup pukul 13.00 WIB.
Wedharing Wacana
Di lantai satu merupakan tempat pengenalan umum dari keris dan juga senjata tradisional dari berbagai negara yang tersaji dalam sebuah poster besar. Tentang pamor keris, penyebaran senjata tradisional dari berbagai negara dijelaskan singkat di sini. Di lantai satu ini pula terdapat ruang presentasi yang menampilkan sajian video informasi mengenai keris. Terdapat dua ruang presentasi tetapi ketika aku berkunjung, hanya satu ruang presentasi yang sedang menyajikan informasi seputar keris.
Di salah satu sudut lantai satu juga terdapat informasi mengenai pelopor dari ilmu keris modern. Beliau adalah KGPH Hadiwidjojo yang juga merupakan putra dari Susuhunan Pakubuwana X. Sepak terjangnya di dunia ilmu keris modern menjadikan ia sebagai sosok yang penting dalam dunia perkerisan Indonesia.
Menjadi ketua ke-4 pada museum Radya Pustaka selama 49 tahun dalam rentang tahun 1926-1975. Lulusan Universitas Leiden ini aktif dalam kajian budaya Jawa sejak berdirinya Comite Voor Javaanse Cultuur on twikkeling te Soerakarta (Komite Kebudayaan Surakarta). Pengabdiannya akan budaya Jawa mengantarkannya pada pencapaian kehormatan tertinggi dengan gelar Kanjeng Gusti Panembahan Hadiwidjojo.
Penyebaran senjata tradisional dari berbagai negara
Purwaning Wacana
Wangi kayu Gaharu masih saja mengikuti ketika aku sampai di lantai dua Museum Keris Surakarta. Di lantai dua ini kita akan mulai melihat koleksi keris. Seingatku koleksi keris di lantai dua merupakan keris dengan gaya Surakarta. Di lantai dua ini pula terdapat perpustakaan, namun yang aku lihat perpustakaan ini masih membutuhkan koleksi buku mengenai dunia perkerisan.
Keris di mata mayarakat masih mempunyai nilai tersendiri. Ada yang masih percaya bahwa di dalam sebuah keris itu ada "sesuatu" dan ada pula yang menganggap keris hanya sebagai hasil dari sebuah karya seni tempa pamor. Keris pun telah beralih fungsi dari yang dahulu adalah sebuah senjata kini menjadi fungsi lain. Salah satunya sebagai pelengkap busana tradisional menuruti ukuran kesopanan berpakaian Jawa jangkep.
Koleksi tombak di lantai dua
Perpustakaan
Cukup lama aku di lantai dua ini. Setiap keris mempunyai keunikannya tersendiri baik itu dari pamor, luk, maupun dhapur keris. Aku hanya terdiam, sungguh betapa kayanya budaya kita ini, dari keris saja sudah begitu banyak macamnya. Selain keris ada juga beberapa tombak yang berada di salah satu sudut lantai dua.
Ilmu keris merupakan ilmu yang dirahasiakan. Ada persyaratan tersendiri jika sesorang ingin belajar membuat keris dan harus di bawah bimbingan para ahli. Keris menjadi sebuah nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat Jawa terutama para pria Jawa.
Pada jaman dahulu di lingkungan masyarakat Jawa terdapat suatu anggapan bahwa seorang laki-laki dikatakan sempurna apabila telah memiliki wisma (rumah), wanita (isteri), kukila (burung atau hewan piaraan), turangga (kuda atau kendaraan), dan curiga (keris). - Sumintarsih (1990:128) dalam Estri Ristianingrum.
Beberapa koleksi keris di lantai dua
Cipta Adiluhung
Setelah cukup lama di lantai dua kini, aku sudah berada di lantai tiga. Sesuai tajuk di lantai tiga yaitu Cipta Adiluhung, di tempat ini selain koleksi keris juga menyajikan informasi mengenai pembuatan seni tempa pamor berupa keris. Keris merupakan salah satu hasil cipta karya seni yang bernilai tinggi, guna membuat sebuah keris pun juga perlu memerlukan syarat dan juga keahlian tersendiri. Dan di lantai tiga inilah pertanyaan akan semua itu terjawab.
Satu demi satu informasi tentang pembuatan keris aku nikmati. Ini adalah tambahan pengetahuan mengenai keris bagiku. Banyak orang berlalu lalang di sini. Beberapa anak-anak muda ada yang sibuk mengabadikan momen, ada seorang bapak yang menjelaskan kepada anaknya tentang keris. Ya, apapun niatan mengunjungi museum ini paling tidak mereka akan sedikit membantu mengangkat keris lewat kunjungannya di museum Keris.
Perhatianku di lantai tiga ini tertuju pada rangkaian sesaji dalam membuat keris. Ternyata begitu banyak sesaji yang harus disiapkan sebelum membuat sebuah keris. Sesaji ini hanyalah sebuah doa di mana ada makna tersembunyi di balik setiap sesaji. Tak perlu berprasangka buruk atau mencap seseorang yang sedang melakukan sesaji. Karena dalam kebudayaan Jawa sendiri mengenal Jagad Gede dan Jagad Alit di mana konsep atas kedua itu bukan hanya hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa terapi juga dengan alam sekitarnya.
Yang dimaksud memberi sesaji adalah doa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semesta alam agar memberi restu pada yang punya hajat membuat keris, supaya pemesannya terkabul seperti apa yang diharapkannya.Langkah kaki ini kemudian melangkah ke sudut lainnya di lantai tiga. Sebuah informasi mengenai pembuatan keris dari awal hingga akhir tersaji jelas. Sungguh sesuatu yang adiluhung pastinya melewati proses yang panjang. Sama seperti sebuah keris. Ia akan menjadi indah setelah ditempa puluhan kali dan di bakar berkali-kali. Sebuah pelajaran sederhana tentang hidup dari sebuah keris. Selain informasi mengenai pembuatan keris di tempat ini juga terdapat diorama tentang tata cara pembuatan keris.
Rangkaian sesaji
Proses pembuatan keris
Esthining Lampah
Nampaknya, wangi kayu Gaharu tersebar di setiap lantai di museum ini. Hingga di lantai empat yang merupakan lantai terakhirpun wangi dupa masih saja tercium. Di lantai empat inilah koleksi keris berkumpul. Tak seperti di lantai dua atau tiga yang didominasi keris gaya Surakarta dan beberapa gaya Yogyakarta, di lantai empat keris dari berbagai daerah di nusantara tersaji di sini. Ada gaya Banjarmasin, Cirebon, Jawa Timur, Palembang, Sulawesi, Makassar Gowa, Sarung Gayo, dan juga Bali. Setiap gaya keris memiliki keunikan tersendiri dan mata ini seakan diberi pemandangan yang luar biasa. Sungguh memanjakan mata sekali. Selain keris ada pula tombak yang ditata rapi di lantai empat.
Keris yang menjadi ujung tombak di Museum Keris adalah keris hibah dari Presiden RI yaitu bapak Jokowi. Keris bernama Kyai Tengara mempunyai Luk 5 dengan gaya Surakarta.
Keris termasuk dalam dalam tangguh Kamardikan yang berarti keris ini dibuat oleh empu-empu pada rentang waktu 1945 hingga sekarang. Luk 5 melambangkan Pancasila. Warangka-nya berjenis Ladrang yang berarti berani. Dan Sungging-nya bermotif alas-alasan yang berarti peduli dengan lingkungan hidup.Secara spiritual keris Luk 5 melambangkan kepandaian berbicara di muka umum atau menambah kelancaran berbicara sekaligus dipercaya bicaranya. Apakah ini kebetulan? Hahaha.
Suara pengumuman bahwa museum akan tutup pukul 13.00 sudah mulai terdengar dan tak terasa sudah hampir dua jam aku berada di museum ini. Nampaknya butuh waktu lebih dari dua jam untuk menikmati semua koleksi keris di museum. Ya, seperti aku harus kembali lagi ke museum ini suatu saat untuk menikmati setiap keris yang ada.
Kyai Tengara
Koleksi tombak di lantai empat
Keris merupakan salah satu kebudayaan Indonesia. Masyarakat Indonesia termasuk Jawa pada khususnya, mengenal keris sebagai senjata tradisional namun seiring berjalannya waktu keris pun berubah fungsinya.
Sebelum mencapai Cipta Adiluhung keris harus melalui proses yang panjang. Wedharing Wacana dan Purwaning Wacana adalah satu serangkaian guna terciptanya sebuah keris, karena pengetahuan akan proses penciptaan keris menjadi bagian yang penting. Setelah tercapainya Cipta Adiluhung, maka pada konsepsi berikutnya akan terjadi Esthining Lampah yang menjadikan keseluruhan proses tadi adalah sebuah pembelajaran dalam setiap laku manusia.Dan keris merupakan sebuah kebudayaan yang perlu untuk terus dilestarikan. Adalah tugas kita untuk tetap melestarikan budaya kita sendiri.
Mari Ke Museum :)
Beberapa dokumentasi lainnya:
Ruang presentasi
Referensi/sumber pendukung:
* Ristianingrum, Estri. 2006. Skripsi. Studi tentang Keris Karya Suyanto (Kajian tentang Estetika dan Proses Pembuatan). Surakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan. Universitas Sebelas Maret.
* Anggraeni, Riska Ajeng, Achmad Yusuf Alif Fianto, Abdullah Khoir Riqqoh. SIMBOL-SIMBOL BUDAYA DALAM KERIS NAGA KAMARDIKAN KARYA MPU PATHOR RAHMAN. Surabaya. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2. No. 1. Art Nouveau.
* museumsurakarta.blogspot.com
* soloevent.id
Catatan tambahan:
* Harga tiket masuk Museum Keris:
- hari biasa sebesar Rp. 7.500,00
- hari libur sebesar Rp. 10.000,00
- untuk wisatawan asing baik hari biasa sebesar Rp. 15.000,00 dan hari libur sebesar Rp. 20.000,00
- untuk harga tiket lainnya (rombongan) bisa cek di Instagram Museum Keris (@uptmuseum_surakarta)
* Jam buka Museum Keris:
- Selasa hingga Kamis pukul 09.00-15.00 WIB
- Jumat pukul 08.30-11.00 WIB
- Sabtu pukul 09.00-15.00 WIB
- Minggu pukul 09.00-13.00 WIB
- Senin libur.
* Lokasi Museum Keris berada di jalan Bhayangkara, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah atau berada di dekat stadion Sriwedari tepatnya sebelah selatan stadion.
2 Comments
Blogwalking mas/mbak... :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir. 😃�
Delete