Ayun-ayun gobyog
Gawe gumun tekun sarto rukun
Akeh kang kayungyun
Dadi srono iku datan jemu
Nyawiji ing panemu
Condonging kalbu
Lagu Ayun Ayun Gobyog sudah berkumandang ketika aku sampai di pelataran panggung terbuka taman Balekambang. Pun dengan beberapa gendhing lagu lainnya menghangatkan suasana di bawah purnama dan lagu Suwe Ora Jamu menjadi penutup sebelum acara dimulai.

Mas Dimas Samudera pun memasuki tengah panggung terbuka menandakan acara Sendratari Ramayana Open Stage Taman Belekambang resmi dimulai. Kali ini dengan lakon Kumbakarna Gugur dan dipentaskan oleh Sanggar Sana Puspa Budaya. Seperti biasanya pula sebelum tarian inti ada tarian pembuka dahulu. Tari pertama masih dari sanggar Sana Puspa Budaya yaitu Tari Merak kemudian yang kedua dari sanggar Damar menyajikan tari Batik.
Tari Merak

Tentunya sudah tahu apa isi tarian ini. Tarian ini menggambarkan gerak-gerik lincah dari burung merak. Ditarikan oleh anak-anak jadi ya aku hanya mengapresiasinya. Tentu banyak gerak yang terlupa tapi itu malah jadi tawa tersendiri. Kode-kode untuk memulai gerakpun terlihat dan terdengar jelas. Tetapi yang jelas cukup menghibur.
Tari Batik

Menurutku ini adalah tari kreasi yang mengadopsi tata cara membatik sebagai gerak dasar tariannya. Cukup menggambarkan semuanya ketika penari yang masih anak-anak ini memperagakannya.
Kemudian sebelum masuk ke acara inti ada kunjungan dari Putra Putri Solo 2016. Yaa, semoga mereka memang paham dan peduli dengan budaya Jawa. Setelah Putra Putri Solo 2016 memperkenalkan diri, acara intipun dimulai.

Dibuka dengan pertarungan sengit antara Anila dengan kedua anak Kumbakarna yaitu Kumbakumba dan Aswanikumba. Anak dari Kumbakarna ini memiliki kesakitan yang membuat Anila kewalahan. Kumbakumba berhasil dibunuh dan ketika Aswanikumba melompat di atasnya, Kumbakumba hidup lagi, begitu juga sebaliknya. Anila yang kewalahan akhirnya menemukan cara untuk membunuh mereka. Anila terdesak dan dikepung dari dua arah. Kumbakumba dan Aswanikumba langsung menyergap Anila, seketika itu juga Anila melompat ke atas dan dua anak Kumbakarna ini saling berbenturan hebat hingga membuat mereka berdua tewas.
Kekalahan ini membuat Rahwana marah. Setelah kehilangan Sarpakenaka dan Prahasta kini anak Kumbakarna pun juga tewas. Lantas adegan perpindahan ke Alengka. Di Alengka Rahwana yang masih kesal ketika mendengar berita itu, lantas mengutus Indrajit untuk membangunkan Kumbakarna. Pergilah Indrajit untuk membangun Kumbakarna dan akhirnya Kumbakarnapun bangun dari tidurnya. Seketika itu juga tanah terguncang.


Kumbakarna yang masih saja menasehati Rahwana agar mengembalikan Sinta, membuat Sang Dasamuka kesal dan terjadi sedikit perselisihan. Kumbakarna menjadi marah ketika mengetahui kedua anaknya tewas di medan perang. Lantas berangkatlah ia menuju medan perang melawan pasukan Rama dengan pakaian serba putih seperti seorang Brahmana ia maju perang melewan pasukan kera Rama. Ia maju perang bukan untuk membela Rahwana tetapi karena untuk mempertahankan tanah air.

Ketika sampai di medan perang, ia langsung dikerumuni pasukan kera hingga menyerupai sebuah gunung yang besar. Sekali hentak, kera-kera yang mengerumuni tadi tercecer dimana-mana. Sugriwa yang maju menghadapi Kumbakarnapun kewalahan. Datanglah Rama dan Lesmana untuk membantu. Lesmana pun juga kewalahan menghadapi Kumbakarna. Hingga akhir Rama sendiri yang maju melawan Kumbakarna.


Rama langsung membidikan panahnya. Satu anak panah langsung menghujam tangan kanan Kumbakarna kemudian anak panah kedua menghujam tangan kiri Kumbakarna. Ia masih berjuang meski kedua tangannya putus. Ramapun kembali menghujamkan anak panahnya, kini yang ketiga mengenai kaki kanan, sesaat kemudian anak panah yang keempat menghujam kaki kiri Kumbakarna. Tangan dan kakinya sudah terpisah tetapi ia masih berjuang untuk membela tanah airnya. Rama pun membidikkan anak panah terakhir dan membuat Kumbakarna gugur di medan perang.


Riuh tepuk penonton menutup sajian inti dan selesai sudah lakon Kumbakarna Gugur.
Pemain favorit kali ini adalah Sang Kumbakarna. Pemeran Kumbakarna ini sudah sepuh, dari gerakannya sudah terlihat namun beliau ini yang mampu menjadi penenang ketika ada pemain lain yang lupa gerakan juga sebagai ujung tombak dalam tarian ini.

Yang aku suka dari penampilan ini adalah para penabuhnya. Mereka memakai pakaian beskap dilengkapi dengan samir dan tentunya keris. Beskap tanpa keris itu bagai sayur tanpa garam. Kemudian juga dari blangkon dan wiru jariknya yang memakai gaya Solo. Terkadang aku risih ketika ada yang mencampur adukan gaya Solo dan Jogja. Pakai beskap tapi wiru dan kerisnya gaya Jogja, hehehe.

Jika sedang atau akan mengunjungi kota Solo, ini adalah salah satu gelaran yang harus ditonton. Untuk bulan depan diadakan tanggal 22 Oktober 2016. Bulan depan merupakan penampilan spesial dengan lakon Ramayana Full Story dalam rangka ulang tahun Taman Balekambang yang ke-95 tahun.
Jadi jangan sampai ketinggalan. Sampai jumpa bulan depan.
Gawe gumun tekun sarto rukun
Akeh kang kayungyun
Dadi srono iku datan jemu
Nyawiji ing panemu
Condonging kalbu
Lagu Ayun Ayun Gobyog sudah berkumandang ketika aku sampai di pelataran panggung terbuka taman Balekambang. Pun dengan beberapa gendhing lagu lainnya menghangatkan suasana di bawah purnama dan lagu Suwe Ora Jamu menjadi penutup sebelum acara dimulai.
Mas Dimas Samudera pun memasuki tengah panggung terbuka menandakan acara Sendratari Ramayana Open Stage Taman Belekambang resmi dimulai. Kali ini dengan lakon Kumbakarna Gugur dan dipentaskan oleh Sanggar Sana Puspa Budaya. Seperti biasanya pula sebelum tarian inti ada tarian pembuka dahulu. Tari pertama masih dari sanggar Sana Puspa Budaya yaitu Tari Merak kemudian yang kedua dari sanggar Damar menyajikan tari Batik.
Tari Merak
Tentunya sudah tahu apa isi tarian ini. Tarian ini menggambarkan gerak-gerik lincah dari burung merak. Ditarikan oleh anak-anak jadi ya aku hanya mengapresiasinya. Tentu banyak gerak yang terlupa tapi itu malah jadi tawa tersendiri. Kode-kode untuk memulai gerakpun terlihat dan terdengar jelas. Tetapi yang jelas cukup menghibur.
Tari Batik
Menurutku ini adalah tari kreasi yang mengadopsi tata cara membatik sebagai gerak dasar tariannya. Cukup menggambarkan semuanya ketika penari yang masih anak-anak ini memperagakannya.
Kemudian sebelum masuk ke acara inti ada kunjungan dari Putra Putri Solo 2016. Yaa, semoga mereka memang paham dan peduli dengan budaya Jawa. Setelah Putra Putri Solo 2016 memperkenalkan diri, acara intipun dimulai.
Dibuka dengan pertarungan sengit antara Anila dengan kedua anak Kumbakarna yaitu Kumbakumba dan Aswanikumba. Anak dari Kumbakarna ini memiliki kesakitan yang membuat Anila kewalahan. Kumbakumba berhasil dibunuh dan ketika Aswanikumba melompat di atasnya, Kumbakumba hidup lagi, begitu juga sebaliknya. Anila yang kewalahan akhirnya menemukan cara untuk membunuh mereka. Anila terdesak dan dikepung dari dua arah. Kumbakumba dan Aswanikumba langsung menyergap Anila, seketika itu juga Anila melompat ke atas dan dua anak Kumbakarna ini saling berbenturan hebat hingga membuat mereka berdua tewas.
Kekalahan ini membuat Rahwana marah. Setelah kehilangan Sarpakenaka dan Prahasta kini anak Kumbakarna pun juga tewas. Lantas adegan perpindahan ke Alengka. Di Alengka Rahwana yang masih kesal ketika mendengar berita itu, lantas mengutus Indrajit untuk membangunkan Kumbakarna. Pergilah Indrajit untuk membangun Kumbakarna dan akhirnya Kumbakarnapun bangun dari tidurnya. Seketika itu juga tanah terguncang.
Kumbakarna yang masih saja menasehati Rahwana agar mengembalikan Sinta, membuat Sang Dasamuka kesal dan terjadi sedikit perselisihan. Kumbakarna menjadi marah ketika mengetahui kedua anaknya tewas di medan perang. Lantas berangkatlah ia menuju medan perang melawan pasukan Rama dengan pakaian serba putih seperti seorang Brahmana ia maju perang melewan pasukan kera Rama. Ia maju perang bukan untuk membela Rahwana tetapi karena untuk mempertahankan tanah air.
Ketika sampai di medan perang, ia langsung dikerumuni pasukan kera hingga menyerupai sebuah gunung yang besar. Sekali hentak, kera-kera yang mengerumuni tadi tercecer dimana-mana. Sugriwa yang maju menghadapi Kumbakarnapun kewalahan. Datanglah Rama dan Lesmana untuk membantu. Lesmana pun juga kewalahan menghadapi Kumbakarna. Hingga akhir Rama sendiri yang maju melawan Kumbakarna.
Rama langsung membidikan panahnya. Satu anak panah langsung menghujam tangan kanan Kumbakarna kemudian anak panah kedua menghujam tangan kiri Kumbakarna. Ia masih berjuang meski kedua tangannya putus. Ramapun kembali menghujamkan anak panahnya, kini yang ketiga mengenai kaki kanan, sesaat kemudian anak panah yang keempat menghujam kaki kiri Kumbakarna. Tangan dan kakinya sudah terpisah tetapi ia masih berjuang untuk membela tanah airnya. Rama pun membidikkan anak panah terakhir dan membuat Kumbakarna gugur di medan perang.
Riuh tepuk penonton menutup sajian inti dan selesai sudah lakon Kumbakarna Gugur.
Pemain favorit kali ini adalah Sang Kumbakarna. Pemeran Kumbakarna ini sudah sepuh, dari gerakannya sudah terlihat namun beliau ini yang mampu menjadi penenang ketika ada pemain lain yang lupa gerakan juga sebagai ujung tombak dalam tarian ini.
Yang aku suka dari penampilan ini adalah para penabuhnya. Mereka memakai pakaian beskap dilengkapi dengan samir dan tentunya keris. Beskap tanpa keris itu bagai sayur tanpa garam. Kemudian juga dari blangkon dan wiru jariknya yang memakai gaya Solo. Terkadang aku risih ketika ada yang mencampur adukan gaya Solo dan Jogja. Pakai beskap tapi wiru dan kerisnya gaya Jogja, hehehe.
Jika sedang atau akan mengunjungi kota Solo, ini adalah salah satu gelaran yang harus ditonton. Untuk bulan depan diadakan tanggal 22 Oktober 2016. Bulan depan merupakan penampilan spesial dengan lakon Ramayana Full Story dalam rangka ulang tahun Taman Balekambang yang ke-95 tahun.
Jadi jangan sampai ketinggalan. Sampai jumpa bulan depan.
0 Comments