Senandung Rindu Sang Galaxias


Pantai... setelah sekian lama akhirnya kembali lagi merasakan ombak, angin, dan matahari. Kembali merasakan pantai sejenak pikiran ini terbesit akan sebuah kenangan masa lalu. Dulu kita sering menikmati pantai bersama hingga dijuluki Duo Sejoli Pantai, hahaha.
Aku masih ingat bagaimana kau menjelaskanku tentang rasi-rasi bintang yang bertebaran di langit malam. Sejatinya tak pernah terlintas sedikitpun untuk memahami cerita-cerita dibalik konstelasi bintang itu sendiri. Tetapi ketika pertama kali kau bercerita tentang itu padaku, aku seakan terbius oleh legenda-legenda yang menaungi dibalik rasi-rasi bintang.

Aku ingat rasi bintang yang kau ceritakan padaku untuk pertama kali di malam itu, di tepi pantai, di atas karang yang dihantam ombak. Kau berkisah tentang Sang Pemburu Orion. Panjang lebar kau kisahkan perjalanan Orion hingga sampai pada kisah konstelasi Orion tak pernah saling bertemu dengan konstelasi Scorpio. Bahkan bukan hanya mitologi Yunani saja yang engkau ceritakan. Kau pun menyambung kisah tentang gerbang bintang yang menaungi Orion.
Ahhh, ini yang aku rindukan ketika sedang bersama, entah di puncak gunung ataupun di atas karang pantai, cerita yang kau kisahkan mampu membuat hati ini nyaman untuk terus mendengarkan kau berkisah.
Namun, perjalananku kembali ke pantai kali ini tak lagi bersamamu, tetapi bersama para pengelana (kesepian), hehehe. Bersama mereka ku redam rinduku diantara canda nada ceria ketika obrolan para pengelana (kesepian) ini mulai membisingkan beberapa sudut pantai.

Berjalan di atas bukit karang mencari senja namun hadirnya senja terhalang oleh awan. Malam pun datang menggantikan senja yang terhalang mega. Di ujung timur, jauh di tengah laut, awan mendung terlihat berkumpul dan sesekali kilat menyambar namun kontras dengan suasana di pantai ini yang masih terang benderang dihiasi ribuan bintang. Angin laut disertai suara deburan ombak menambah syahdu suasana malam itu.

Ada yang tertinggal dari nyenyakmu
Senandung-senandung lirih namaku
Ada yang tersisa dari pertemuan kita
Usap jemarimu disekujur rambutku
Ada yang berbinar dalam tidurku,
senyummu yang tersusun dari berjuta-juta kunang-kunang
Ada dingin yang mencegah dadaku
Saat pelukanmu,
tak lagi berlaku untukku

Entah mengapa sejenak terdiam, pikiran ini langsung teringat akan sebuah Sajak Pertemuan itu. Senandung lirih namamu terus terbayang ketika aku melihat konstelasi bintang yang terpencar di langit malam. Mungkin jika kau ada di sini mungkin pula ceritanya akan berbeda. Mungkin kita sudah berada di atas bukit karang saling bertukar pikiran dan berkisah lagi tentang cerita dibalik rasi bintang. Saling bertukar senyum, canda, dan sesekali suasana menjadi hening seketika kemudian yang ada hanya saling bertatap mata dan akhirnya saling tertawa bersama ditemani suara ombak yang menghempas karang.

Malam semakin larut, pun dengan Sang Bimasakti yang semakin terlihat. Mas Yuli yang sedari malam menjelang sudah sibuk menunggu untuk membidik "Dalan Susu". Yang lain ada yang bersantai di hammock masing-masing dan ada pula yang tiduran di tepi pantai beralaskan pasir nan lembut memandang langit dan bintang tapi entah dengan intuisi hatinya. Mungkin hatinya sedang berada jauh di sana.
Ahhh... cerita tentang pantai menyimpan suatu kenangan tersendiri. Entah pantai, laut, ataupun cerita tentang gunung dan puncaknya yang jelas hati ini merindukan kata temu. Pun terkadang merindukan cerita di atas puncak yang hanya ada kita dan kisah yang kau kisahkan.


Pita Kabut kian menghilang dari pandangan mata, jiwa yang sedang merindu ini pun lelap tertidur di dalam tenda ditemani hempasan ombak, deru angin laut, dan di bawah kenangan rindu: Sang Galaxias.

Post a Comment

0 Comments