Sebuah Perjumpaan Kembali

Rindu ini sedikit terbalas setelah hampir lima bulan tak bersua. Tak ada yang terlalu berubah hanya saja mereka sedang disibukkan dengan skripsi, sama ketika dahulu kalian dan aku disibukkan dengan Tugas Akhir. Begitu banyak hal yang ingin aku bincangkan namun entah mengapa tak bisa terucap. Walaupun begitu setidaknya rindu ini sedikit terbalas. Aku masih belum bisa membayangkan jika benar-benar berpisah nanti. Kemana lagi aku akan mengadu dalam diam ketika beban pikiran melanda? aku tak tahu itu!!!


Berpisah itu pasti, aku tak mungkin menghalangi kalian. Ada banyak hal yang masih aku ingin lakukan walau hanya sekedar menumpang bermalam sehari saja seperti dahulu atau hanya sekedar movie marathon bersama. Mungkin bagi kalian, aku ini seperti teman biasa tapi bagiku lebih dari itu. Aku takut kehilangan kalian!!! Aku takut tak bisa mendengar canda tawa kalian lagi!!! Sekonyol-konyolnya, se-absurd-nya Lampung pun aku merindukan tingkahnya.
Bisakah kita akan tetap bersua sedang jarak sudah terlihat nyata???

Bercengkerama di teras lantai dua memandang cerahnya langit biru. Ajakan makan siang pun datang juga, ajakan yang dulu waktu kita masih bersama sering aku dengar, namun kini ajakan makan itupun aku rindukan!!! Hmmm, entah kapan terakhir kali berkunjung ke Pak RT untuk menikmati beberapa sendok nasi sayur plus es teh, aku sudah lupa itu, yang jelas sudah lama sekali. Tak ada yang berbeda di sini hanya persoalan harga saja yang naik seiring harga sembako.

Rumah ini terasa berbeda sekali dengan Pakelonan. Tak ada suara kegaduhan yang aku rindukan itu, tak ada suara meong Hakim, tak ada musik koplo, tak ada!!! Kisah kita di rumah merah jambu memang sudah berakhir hanya menyisakan memori akan kisah-kisah yang tercipta dahulu.

Siang berganti sore pun akhirnya berganti dengan malam. Sosok paling absurd yang pernah aku kenal datang juga. Datang dengan sapaan seperti biasanya. Meski anak ini selalu ceria namun wajahnya tak bisa memungkiri bahwa ada beban yang dipikirkannya. Membuka laptop miliknya kemudian berjibaku dengan skripsinya. Hal yang tak berubah adalah saat ia bertanya kepada Fariza karena kurang paham dengan skripsinya. Hahaha, melihat situasi ini terkadang membuat tertawa sendiri, hubungan mereka itu unik!


Ahhhh... malam sudah akan segera menuju dini hari dan malam itu pun menuntaskan pertemuan singkat kita meski tak semua bisa berkumpul seperti dahulu.

Terkadang, beberapa orang silih berganti datang dalam hidup kita untuk menciptakan sebuah memori yang menakjubkan sebelum mereka pergi. Pun juga sulit menerima kenyataan bahwa mereka sejatinya sudah pergi.
Dan yang bisa kita lakukan adalah tetap menjaga mereka hidup dalam ingatan kita selamanya.
And I call them: Friends

Terima kasih untuk segala kisah yang tercipta dahulu.
Terima kasih untuk semua waktu yang telah kalian berikan.

Solo, 24 April 2016

Post a Comment

0 Comments