Sendratari Ramayana Balekambang: Geger Gua Kiskenda

Hujan yang membasahi kota Solo berangsur pergi namun menyisakan sedikit gerimis dipenghujung waktu. Malam hari ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional gelaran Sendratari Ramayana Open Stage Taman Balekambang kembali digelar. Antusiasme warga Soloraya masih menggebu-gebu hingga kursi gedung kesenian penuh bahkan ada yang harus berdiri.
Datang dengan gowes ternyata cukup melelahkan juga ---koyo bar adus pas tekan, hehehe. Malam ini aku mencoba untuk bersepeda menuju Taman Balekambang, seperti kataku di atas, cukup menguras tenaga! Sesampainya disana kursi sudah hampir penuh alhasil ya duduk di deretan belakang. Oke tak dapat foto lagi, hehehe. Maklum masih bermodal smartphone Xperia kesayangan. Tetapi di pungkasan acara aku bertemu dengan Mas Koomaru ---itu yang bertemu di Seruponan selapan lalu--- jadi fotonya terselamatkan olehnya hehehe.
Sendratari Ramayana Open Stage Taman Balekambang kali ini dipentaskan oleh Sanggar Solah Gatra baik sajian inti maupun pembuka. Sajian pembuka malam ini ada dua yaitu Tari Golek Tirta Kencana dan Tari Remo Putri.

Tari Golek Tirta Kencana


Tari Golek Tirta Kencana adalah salah satu tari tradisi dari Surakarta sedang untuk Yogyakarta ada Tari Golek Menak. Sepengetahuanku tari Golek berasal dari kata Golekan yang berarti Boneka atau bisa juga tari ini didasari dari Wayang Golek. Gerakan lembut yang mengalir bak air terlihat sekali ketika empat penari putri Sanggar Solah Gatra memulai tarian ini. Penghangat sekaligus adem dimata, hehehe.

Kemudian dilanjutkan Tari Remo Putri. Ada kesalahan teknis dalam penampilan Tari Remo sehingga tarian ini batal dipentaskan namun yang perlu diacungi jempol adalah sikap penarinya. Attitude yang sangat bagus sekali. Penari sudah dalam keadaan siap hanya menunggu musik saja tetapi hampir lima belas menit musik tak kunjung datang, tepukan penonton seakan memberikan semangat penari dan penari masih dalam keadaan siap dengan kuda-kudanya meski tangannya terlihat sudah gemetar. Akhirnya MC pun naik ke panggung dan meminta penari untuk kembali ke back stage dan hasilnya adalah batalnya Tari Remo Putri tadi. Sekali lagi good attitude.

Sajian inti pun dimulai dengan mengambil lakon Geger Gua Kiskenda. Dibuka dengan kekisruhan di Kahyangan dimana Kahyangan diserbu oleh raksasa bernama Mahesasura dan Lembusura. Keinginan Mahesasura hanya satu yaitu memperistri Dewi Tara namun akhirnya peperangan pun tak dapat dihindarkan. Gerombolan dewa pun akhirnya kalah dan segera pergi mencari bantuan kepada Subali dan Sugriwa.
Adegan kemudian berganti dengan kemunculan Subali dan Sugriwa yang bergelantungan di atas panggung. Sampai mereka di Gua Kiskenda. Sebelum memasuki pintu gua Subali berpesan kepada Sugriwa bahwa jika yang keluar darah putih maka jangan buka pintu gua sedang jika yang keluar nanti darah merah bukalah pintu guanya. Setelah terjadi "perjanjian" tadi Subali segera masuk ke dalam gua dan sesegera mungkin pintu gua ditutup oleh Sugriwa.


Kemudian terjadilah perang yang dahsyat di dalam gua terdengar pula teriakan-teriakan dari raksasa begitu juga dengan Subali. Darah pun mengalir bercucuran hingga di pintu gua. Sugriwa merasa bingung karena darah yang keluar adalah merah muda sehingga Sugriwa pergi meninggalkan Gua Kiskenda ---ada versi dimana yang keluar adalah darah merah dan otak-otak para raksasa yang dipahami Sugriwa sebagai darah putih. Sugriwa segera melaporkan ke Kahyangan bahwa raksasa sudah dibinasakan karena dianggap berjasa ia mendapatkan Dewi Tara sebagai istrinya. Adegan beralih dimana Subali keluar hidup-hidup dan ia marah kepada Sugriwa karena dianggap berkhianat kepadanya. Terjadi pertarungan yang sengit diantara keduanya.




Kemudian datanglah Rama dan juga Anoman yang membantu Sugriwa. Sugriwa diberikan pertanda khusus oleh Rama sehingga bisa membeda siapa Subali siapa Sugriwa. Subali memiliki ajian Pancasona yang membuatnya kebal akan kematian namun hanya satu saja yang bisa menghujam tubuhnya dan membuat ia mati yaitu panah Guwawijaya. Rama yang sedari tadi sudah membidik Subali dengan Guwawijaya pun akhirnya melepaskan panah itu. Panah menghujam keras ke tubuh Subali yang akhirnya membuatnya mati dan sajian pun berakhir di sini.


Sampai bertemu di bulan depan tepatnya tanggal 24 Juni 2016.
Yukk, kenali budaya kota mu sendiri. Langkah paling sederhana kita sebagai masyarakat adalah dengan terus mengapresiasi dan menonton gelaran seperti jika sedang dipertunjukkan.

Semua menjadi favorit dalam malam ini termasuk juga dengan para penabuhnya. Aransemen yang sangat epik dari Solah Gatra sehingga bisa membuat suasana lebih dramatis sepeti ketika panah Guwawijaya menghujam keras Subali, ekspresi dan musik saling menyatu dan membuat penampilan yang luar biasa ---jane adegan iki pas baper-bapere tapi mbak-mbak sebelah berisik dadi mood e ilang, hahaha.
Penampilan terbaik sepanjang gelaran Januari-Mei menurutku dan memang tak salah jika Sanggar Solah Gatra mendapatkan predikat satu untuk best performancing tahun 2015 (CMIIW).

Terima kasih untuk Mas Koo Maru atas fotonya.
Sampai jumpa di bulan depan.

Post a Comment

0 Comments