"Kota yang ramah bagi kami para pendatang..." kalimat itu masih teringat dalam benak ini. Hari terakhir jelajah Kediri-Blitar, hari dimana harus kembali lagi ke kota Solo. Bukannya tak ingin kembali lagi ke Solo namun hanya merasa berat untuk meninggalkan kota ini, meninggalkan rumah ini, rumah yang juga menjadi salah satu saksi perjalanan kami.
"Kapan lagi kita bisa meluangkan waktu sejenak untuk menikmati sebuah kebersamaan???" itu yang ada dalam benakku saat itu ketika hendak kembali ke Solo dan meninggalkan secuil kisah di rumah ini. Saat sedang melakukan take gambar pun jiwa ini menahan rasa untuk tetap tegar meski sebenarnya masih ingin bersama lagi. Segelas minuman hangat menemani pengambilan gambar untuk yang terakhir kali di selasar samping mushola depan rumah itu. Canda tawa pun tak pernah lepas dari kami meski hati sedikit berat untuk pergi. Meski sejatinya mata ini sudah berkaca-kaca menahan rasa yang enggan.
Tak pernah ada dalam pikiranku jika aku akan jatuh hati dengan kota ini dengan segala suasananya. Dulu pertama kali datang ke sini bermodalkan nekad di tengah kesibukan perkuliahan bersama dengan lima lelaki Infras. Kemudian kesempatan untuk berkunjung ke kota ini datang lagi, kali ini dengan tiga jejaka Pakelonan. Menikmati setiap sudut kota ini, kota yang dahulu pernah menjadi suatu kerajaan besar masa lampau.
Siang itu setelah pengambilan gambar selesai begitu juga dengan persiapan pribadi sudah rapi dikemas. Berada di ruang belakang di samping dapur kami menikmati makan siang terakhir sebelum pergi meninggalkan kota ini. Rasa berat untuk meninggalkan kota ini semakin terasa namun mau tidak mau kami harus kembali ke Solo.
Akhir dari perjalanan ini pun mau tidak mau berakhir. Kembali ke kota Solo dengan bus dan meninggalkan secuil memori di rumah itu, di kota itu. Entah kapan suatu saat nanti pasti akan bersua lagi dengan kota ini dengan rumah ini dengan segala suasana yang sangat merindukan.
Rumah Fariza
Desa Kwadungan, Kediri
14 Februari 2015
0 Comments