Gerimis ringan sepanjang perjalanan menuju taman Balekambang tak menyurutkan antusias warga Solo dan sekitarnya untuk menyaksikan gelaran rutin yang dipentaskan ketika malam purnama meski hari ini tak terlihat sedikitpun purnama itu. Gelaran bertajuk Sendratari Ramayana Open Stage Taman Balekambang menjadi suguhan yang menarik. Ada penonton setia yang jauh-jauh dari Wonogiri, adapula yang dari Salatiga. Yaa, gelaran bertema budaya adalah salah satu dongkrak utama pariwisata di kota Solo.

Ketika sedang gerimis ataupun hujan gelaran sendratari yang biasanya digelar di open stage, berpindah ke gedung kesenian taman Balekambang. Letak masih di kompleks taman Balekambang dan tak jauh dari open stage. Jika dari gerbang masuk timur menuju area parkir sepeda motor, nahh gedung ini tepat di sebelah area parkir sepeda motor.
Kali ini sendratari Ramayana yang mengambil lakon Rama Tundung dipentaskan oleh Paguyuban Karawitan dan Tari (Pakarti) Mangkunegaran, Surakarta. Jika rutin menyaksikan acara Setuponan mungkin sudah tak asing dengan para penampilanya. Seperti biasanya sebelum pertunjukan inti dibuka dahulu oleh sajian pembuka dan sajian pembuka itu adalah Tari Gambyong.Tari Gambyong biasa digunakan untuk pembuka sebuah acara. Gerak tari yang Solo banget terasa ketika para penari membawakannya.
Setelah tarian pembuka selesai dilanjutkan pada acara inti. Dibuka dengan kisah sayembara Mantili, ketika para raja/ksatria mencoba memenangkan sayembara dengan cara mengangkat busur Gandewa. Tak ada satupun dari mereka yang sanggup untuk mengangkatnya. Kemudian datanglah Rama didampingi Lesmana. Rama maju untuk mencoba mengangkat Gandewa itu. Ketika saat para raja/ksatria begitu kesulitan mengangkat busur itu, berbeda ketika Rama mencoba mengangkat Gandewa itu. Yaa, dengan mudahnya Rama mengangkat busur Gandewa itu. Memenangkan sayembara itu berarti Rama berhasil menjadi ia sebagai pemilik sah dari Sinta.
Kemudian agedan berlanjut di Kerajaan Ayodya. Setelah Rama, Sinta, dan Lesmana meminta izin untuk kembali ke Ayodya kepada Raja Janaka, sesampainya di Ayodya mereka bertiga disambut oleh Raja Dasarata. Raja Dasarata senang ketika putra sulungnya itu berhasil memboyong Sinta. Lantas konflik baru saja dimulai. Sang Raja Dasarata ingin melimpahkan tampu kekuasaan Ayodya pada Rama namun niatan itu terhalang oleh salah satu istrinya yaitu Keikayi.
Keikayi sendiri mengingatkan akan janji Dasarata kepadanya bahwa anaknyalah yang akan meneruskan tahta Ayodya. Raja Dasarata tak bisa berbuat banyak karena ia terlanjur janji hal itu kepada Keikayi. Akhirnya tampu kekuasaan Ayodya diserahkan kepada Baratha (anak Keikayi) dan Rama harus mengasingkan diri ke hutan. Baratha sendiri ingin memberikan tahta itu kepada Rama namun Rama menolaknya dan memilih mengasingkan diri ke hutan. Dalam pengasingannya di hutan Rama ditemani Sinta dan Lesmana. Dalam pengasingannya di hutan, muncul sosok raksasa wanita, dia adalah Sarpakenaka. Sarpakenaka sendiri adalah adik dari Rahwana. Sarpakenaka yang melihat Rama, Sinta, dan Lesmana di hutan terpana akan ketampanan Lesmana. Kemudian ia mencoba menggoda Lesmana namun yang didapat adalah penolakan dari Lesmana. Terjadi sedikit perselisihan. Pada akhirnya Lesmana melukai hidung dari Serpakenaka dan Serpakenaka melarikan diri.
Dan, lakon Rama Tundung berakhir sampai di sini.
Secara keseluruhan puas dengan sajian malam ini. Meskipun hujan ruangan gedung kesenian penuh. Selain dari penari yang aku favoritkan adalah para penabuh gamelannya, terlebih penabuh bonang. Yaa, meski sudah berumur tetapi masih setia dengan budaya. Ini yang harusnya dicontoh generasi muda.

Harap maklum jika tak ada foto saat penampilan lakon, kualitas kamera HP tidak mendukung untuk acara di panggung, hehehe.
Ketika sedang gerimis ataupun hujan gelaran sendratari yang biasanya digelar di open stage, berpindah ke gedung kesenian taman Balekambang. Letak masih di kompleks taman Balekambang dan tak jauh dari open stage. Jika dari gerbang masuk timur menuju area parkir sepeda motor, nahh gedung ini tepat di sebelah area parkir sepeda motor.
Kali ini sendratari Ramayana yang mengambil lakon Rama Tundung dipentaskan oleh Paguyuban Karawitan dan Tari (Pakarti) Mangkunegaran, Surakarta. Jika rutin menyaksikan acara Setuponan mungkin sudah tak asing dengan para penampilanya. Seperti biasanya sebelum pertunjukan inti dibuka dahulu oleh sajian pembuka dan sajian pembuka itu adalah Tari Gambyong.Tari Gambyong biasa digunakan untuk pembuka sebuah acara. Gerak tari yang Solo banget terasa ketika para penari membawakannya.
Setelah tarian pembuka selesai dilanjutkan pada acara inti. Dibuka dengan kisah sayembara Mantili, ketika para raja/ksatria mencoba memenangkan sayembara dengan cara mengangkat busur Gandewa. Tak ada satupun dari mereka yang sanggup untuk mengangkatnya. Kemudian datanglah Rama didampingi Lesmana. Rama maju untuk mencoba mengangkat Gandewa itu. Ketika saat para raja/ksatria begitu kesulitan mengangkat busur itu, berbeda ketika Rama mencoba mengangkat Gandewa itu. Yaa, dengan mudahnya Rama mengangkat busur Gandewa itu. Memenangkan sayembara itu berarti Rama berhasil menjadi ia sebagai pemilik sah dari Sinta.
Kemudian agedan berlanjut di Kerajaan Ayodya. Setelah Rama, Sinta, dan Lesmana meminta izin untuk kembali ke Ayodya kepada Raja Janaka, sesampainya di Ayodya mereka bertiga disambut oleh Raja Dasarata. Raja Dasarata senang ketika putra sulungnya itu berhasil memboyong Sinta. Lantas konflik baru saja dimulai. Sang Raja Dasarata ingin melimpahkan tampu kekuasaan Ayodya pada Rama namun niatan itu terhalang oleh salah satu istrinya yaitu Keikayi.
Keikayi sendiri mengingatkan akan janji Dasarata kepadanya bahwa anaknyalah yang akan meneruskan tahta Ayodya. Raja Dasarata tak bisa berbuat banyak karena ia terlanjur janji hal itu kepada Keikayi. Akhirnya tampu kekuasaan Ayodya diserahkan kepada Baratha (anak Keikayi) dan Rama harus mengasingkan diri ke hutan. Baratha sendiri ingin memberikan tahta itu kepada Rama namun Rama menolaknya dan memilih mengasingkan diri ke hutan. Dalam pengasingannya di hutan Rama ditemani Sinta dan Lesmana. Dalam pengasingannya di hutan, muncul sosok raksasa wanita, dia adalah Sarpakenaka. Sarpakenaka sendiri adalah adik dari Rahwana. Sarpakenaka yang melihat Rama, Sinta, dan Lesmana di hutan terpana akan ketampanan Lesmana. Kemudian ia mencoba menggoda Lesmana namun yang didapat adalah penolakan dari Lesmana. Terjadi sedikit perselisihan. Pada akhirnya Lesmana melukai hidung dari Serpakenaka dan Serpakenaka melarikan diri.
Dan, lakon Rama Tundung berakhir sampai di sini.
Secara keseluruhan puas dengan sajian malam ini. Meskipun hujan ruangan gedung kesenian penuh. Selain dari penari yang aku favoritkan adalah para penabuh gamelannya, terlebih penabuh bonang. Yaa, meski sudah berumur tetapi masih setia dengan budaya. Ini yang harusnya dicontoh generasi muda.
Harap maklum jika tak ada foto saat penampilan lakon, kualitas kamera HP tidak mendukung untuk acara di panggung, hehehe.
0 Comments