Sendratari Ramayana Balekambang: Anoman Lair

Gerimis sore hari sudah berganti dengan pancaran sinar purnama yang menerangi malam ini. Sesekali awan melintas menghalangi pancaran sinarnya. Yaa, malam ini Jumat, 22 April 2016 gelaran Sendratari Ramayana Open Stage Taman Balekambang kembali hadir.
Seperti biasanya, jangan ditanya dengan siapa melihat gelaran seperti ini, hehehe. Sesampainya aku di sana sudah ramai sekali dengan para pengunjung. Gelaran kali ini akhirnya bisa kembali lagi ke area open stage setelah dua bulan lalu selalu diadakan di Gedung Kesenian Balekambang. Setelah memarkirkan motor lantas segera menuju ke tempat pagelaran dan hmmm, sudah penuh ternyata, alhasil mendapat tempat di bagian belakang.
Mengambil lakon Anoman Lair dan dipentaskan oleh SD Pangudi Luhur. Malam ini adalah malam spesial anak-anak juga menjadi gelaran perdana dimana semua pemainnya adalah anak-anak. Jadi ekspektasiku tak akan terlalu tinggi dan yaa, aku hanya akan menikmatinya saja. Salah, lupa, dan tetekbengek-nya aku anggap "seni" disitu. Aku maklumi karena masih anak-anak dan diluar sanggar.


Okelah, seperti biasanya pula sebelum acara inti ada sajian pembuka dahulu. Semua pengisi acara ini baik pembuka maupun inti dipentaskan oleh SD Pangudi Luhur.
Pembuka yang pertama adalah Rampak Jimbe. Tentunya sudah tak asing lagi dengan yang namanya Jimbe ini kecuali kalau aku menyebutkan Slenthem mungkin ada yang asing mendengarnya, hehehe. Pembukaan yang cukup membuat suasana menjadi hangat meski kurang begitu semangat memukulnya terlebih ada yang ekspresinya lempeng saja, hahaha. Itu malahan membuat tawa tersendiri.
Kedua adalah Tari Kipas.
Nah yang ini lumayan dari yang pertama walaupun ada yang lupa dan kode-kode untuk beralih ke setiap gerakan itu terlihat. Tapi, bagaimanapun juga tetap mengapresiasinya.
Ketiga adalah Tari Burung Nuri.
Sebelum pembawa acara menyebutkan tarian ini, aku mengira ini adalah Tari Merak karena hiasan kepala burung di kepala penari lebih merip merak daripada seekor burung nuri. Tari ini mengadopsi gerakan-gerakan burung nuri.

Selesai sajian pembuka selanjutnya adalah sajian inti yaitu Sendratari Ramayana Open Stage Taman Balekambang dengan lakon Anoman Lair.
Dibuka dengan Dewi Anjani, Guwarsa, dan Guwarsi yang sedang memperebutkan Cupu Manik Astagina (apa itu Cupuk Manik Astagina?, bacalah kisah Cupu Manik Astagina). Resi Gotama ayah Dewi Anjani yang mengetahui anaknya membawa benda pusaka itu marah dan membuangnya jauh-jauh setelah tidak ada jawaban dari sang istri dari mana ia mendapatkan pusaka itu.
Cupu Manik Astagina terbang jauh, Anjani, Guwarsa, dan Guwarsi mengejar benda itu. Ditengah perjalanan mereka melihat sebuah telaga dan.mengira pusaka itu jatuh ke dalamnya. Tak pikir panjang Guwarsa dan Guwarsi lansung terjun ke telaga sedangkan Anjani hanya membasuh muka di pinggir telaga karena tak bisa berenang. Suatu petaka kemudian datang begitu saja. Lama-kelamaan mereka bertiga berubah menjadi seekor kera. Mereka bertiga kemudian disuruh bertapa oleh Resi Gotama. Pada akhirnya, Guwarsi dikenal sebagai Subali dan Guwarsa dikenal sebagai Sugriwa sedang Dewi Anjani yang bertapa telanjang di telaga melahirkan putra dan kemudian ia dikenal sebagai Anoman.


Adegan beralih ketika Bathara Narada menghampiri Anoman dan memberitahukan bahwa sebenarnya Anoman itu adalah anak dari Bathara Guru. Mendengar ucapan dari Bathara Narada tadi Anoman langsung pergi menuju kahyangan. Sesampainya di kahyangan Anoman yang bertemu dengan Bathara Guru pun diakui sebagai anaknya. Bathara Narada yang "menertawakan" itu kemudian ditempelkannya daun nila di punggung Narada lantas terlahirlah Anila, kemudian dari dewa-dewa yang lain pun lahir seekor kera.
Jadilah mereka pasukan kera yang nantinya menggempur Alengka. Adegan ditutup dengan Anoman, Anila, Anggodo, dan para kera yang lain saling beradu.

Selesailah sudah gelaran malam ini. Keseluruhan cukup saja dengan penampilan kali ini, maklum masih anak-anak. Gerakan lupa dan sebagainya masih terlihat jelas tapi cukup menghibur.
Pemain favorit malam ini adalah pemeran Bathara Narada, tanpa ada dia gelaran ini garing.

Bathara Narada (kiri)

Kisah selengkapnya silahkan baca kisah Cupu Manik Astagina.
Sampai berjumpa lagi di bulan Mei tepatnya tanggal 20 Mei 2016.

Post a Comment

0 Comments