Sabtu malam, 4 Jumadil Awal acara Setuponan kembali digelar di pendopo Prangwedanan, Mangkunegaran. Kali ini kembali lagi seperti biasanya, nonton e dewean hahaha. Seperti dalam gelaran sebelumnya acara ini menyuguhkan pentas tari klasik tapi sabtu malam ini diselingi pentas teater monolog. Setuponan malam ini begitu ramai tetapi itu adalah suatu pencapaian yang bagus karena paling tidak masih ada yang peduli dengan budaya kita.

Acara dimulai sekitar pukul 19.30 diawali dengan tabuhan gending pembuka yaitu Sekar Macapat Mijil Wedharing Tyas. Lantunan gamelan yang begitu khas menjadikan suasana tambah syahdu dan jawa banget. Setuponan malam ini menyajikan 3 pentas, yang pertama Tari Gambyong Langenkusumo kemudian Teater monolog Episode Daun Kering, dan yang terakhir adalah Tari Keretarupo-Harjuna.
Tari pertama yang dibawakan adalah Tari Gambyong Langenkusumo. Secara umum tari Gambyong biasanya digunakan sebagai tarian pembuka. Tari Gambyong Langenkusumo ini menggambarkan sisi kelembutan juga kecantikan seorang wanita. Selagi menarikan tarian ini salah satu penari juga mendendangkan lantunan sekar macapat yaitu Sekar Pangkur. Secara keseluruhan aku bisa menikmati tarian bukan karena penarinya cantik-cantik, hahaha---terlebih aku suka jika ada wanita rambutnya disanggul ditambah ronce melati dan berpakaian tradisional jawa, itu seksi elegan namun santun--- tapi gerakan-gerakan penari bisa menyatu dengan gending dan rasa yang disampaikan itu tersampaikan.

Pentas yang kedua adalah teater modern. Mengambil judul Episode Daun Kering dan dipentaskan secara monolog dengan iringan biola. Episode Duan Kering ini kurang lebih bercerita tentang seorang anak yang kecewa, marah, dan tak menyangka apa yang terjadi dengan bapaknya. Bapak yang selama ini ia hormati menyimpan sebuah rahasia dibalik berburu babi untuk membeli anjing. Pada akhirnya semua itu terbongkar, sang anak mengetahui bahwa sang ayah (terpaksa) bekerja sebagai petani ganja karena adiknya terjebloskan dalam penjara karena menghisap ganja.

Diujung acara dibawakan tarian yang kedua sekaligus sebagai penutup acara ini yaitu Tari Keretarupo-Harjuna. Tari ini diciptakan semasa pemerintahan Mangkunagoro VII. Tari Keretarupo-Harjuna ini bercerita tentang Raden Harjuno dan Begawan Ciptani yang beradu keahlian dalam hal memanah. Tari ini cukup lama dibawakan. Berakhirnya tari ini dengan tepukan yang meriah menandakan acara Setuponan malam ini pun selesai.

Meski harus sendirian lagi nonton acara yang bertemakan budaya tapi tak penting bagiku sendiri atau tidak.
Untuk favorit penampilan adalah Tari Keretarupo-Harjuna, meski durasi agak lama tapi gerakan-gerakan yang diperagakan menyita perhatian jiwa ini hingga berakhirnya tarian, dan yang paling aku suka jika ada penari yang sorotan matanya itu tajam.

Sampai bertemu diacara Setuponan lagi.
Acara dimulai sekitar pukul 19.30 diawali dengan tabuhan gending pembuka yaitu Sekar Macapat Mijil Wedharing Tyas. Lantunan gamelan yang begitu khas menjadikan suasana tambah syahdu dan jawa banget. Setuponan malam ini menyajikan 3 pentas, yang pertama Tari Gambyong Langenkusumo kemudian Teater monolog Episode Daun Kering, dan yang terakhir adalah Tari Keretarupo-Harjuna.
Tari pertama yang dibawakan adalah Tari Gambyong Langenkusumo. Secara umum tari Gambyong biasanya digunakan sebagai tarian pembuka. Tari Gambyong Langenkusumo ini menggambarkan sisi kelembutan juga kecantikan seorang wanita. Selagi menarikan tarian ini salah satu penari juga mendendangkan lantunan sekar macapat yaitu Sekar Pangkur. Secara keseluruhan aku bisa menikmati tarian bukan karena penarinya cantik-cantik, hahaha
Pentas yang kedua adalah teater modern. Mengambil judul Episode Daun Kering dan dipentaskan secara monolog dengan iringan biola. Episode Duan Kering ini kurang lebih bercerita tentang seorang anak yang kecewa, marah, dan tak menyangka apa yang terjadi dengan bapaknya. Bapak yang selama ini ia hormati menyimpan sebuah rahasia dibalik berburu babi untuk membeli anjing. Pada akhirnya semua itu terbongkar, sang anak mengetahui bahwa sang ayah (terpaksa) bekerja sebagai petani ganja karena adiknya terjebloskan dalam penjara karena menghisap ganja.
Diujung acara dibawakan tarian yang kedua sekaligus sebagai penutup acara ini yaitu Tari Keretarupo-Harjuna. Tari ini diciptakan semasa pemerintahan Mangkunagoro VII. Tari Keretarupo-Harjuna ini bercerita tentang Raden Harjuno dan Begawan Ciptani yang beradu keahlian dalam hal memanah. Tari ini cukup lama dibawakan. Berakhirnya tari ini dengan tepukan yang meriah menandakan acara Setuponan malam ini pun selesai.
Meski harus sendirian lagi nonton acara yang bertemakan budaya tapi tak penting bagiku sendiri atau tidak.
Untuk favorit penampilan adalah Tari Keretarupo-Harjuna, meski durasi agak lama tapi gerakan-gerakan yang diperagakan menyita perhatian jiwa ini hingga berakhirnya tarian, dan yang paling aku suka jika ada penari yang sorotan matanya itu tajam.
Sampai bertemu diacara Setuponan lagi.
0 Comments