Bermula dari obrolan singkat di pagi hari. Aku, Fariza, dan Mas Awan sedang menikmati pagi di kontrakan sembari bermain kartu remi ditemani secangkir kopi, tercetuslah ide untuk sekedar merefreshkan pikiran penat dari berbagai aktivitas perkuliahan. "TW TW" begitulah ajakan mas awan, mungkin awalnya hanya sekedar gurauan saja tapi seketika itu juga langsung ditanggapi fariza "wis ayo budal" dan berangkatlah kami berempat menuju Karanganyar
Loh kok berempat???? yaap satu lagi adalah adik kecil dari ketapang (aziz). Dia baru dihubungi setelah ide itu datang dan akhirnya mau juga dia,
setelah menunggu satu jam hingga akhirnya aziz sampai dikontrakkan kami berempat cusss karanganyar. Aku dan aziz naik si hijau spacy sedangkan fariza dan mas awan naik si supra merah. Tujuannya langsung mengarah pada Candi Cetho, Puri Sarasvati, dan Candi Kethek. Perjalanan dari kontrakan hingga area Candi Cetho kurang lebih satu setengah jam saja. Memasuki kompleks wisata Candi Sukuh Candi Cetho kita akan disuguhi pemandangan yang menyejukkan mata, hamparan kebun teh yang menghijau dan udara yang begitu sejuk sangat terasa disini.
Setelah melewati area kebun teh kita akan sampai di Candi Cetho dengan jalanan yang cukup ekstrim. Sampai ditanjakan terakhir sebelum sampai di area parkir candi aku terpaksa turun karena si hijau tidak kuat nanjak karena diisi oleh aku dan fariza yang notabene cukup subur (azis dan fariza bertukar tempat saat sampai di loket retribusi masuk kawasan candi cetho)
dan akhirnya sampai juga di parkiran candi cetho meski harus turun salah satu. Kami tidak langsung masuk ke dalam tapi istirahat sebentar sambil menikmati secangkir teh hangat. Sembari menikmati teh hangat kami putuskan untuk langsung menuju puri sarasvati kemudian langsung ke candi kethek tanpa masuk ke candi cetho.
Setelah cukup lama kami menikmati teh hangat kami lanjutkan menuju puri sarasvati, jika mau langsung menuju puri sarasvati tanpa harus masuk dulu ke candi cetho maka ambil jalan di sebelah kiri candi kemudian ikuti anak tangganya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di loket masuk puri sarasvati dan Candi Kethek. Biaya per orang hanya 1500 rupiah saja, murah bukan untuk sebuah tempat bersejarah dari loket masuk kira-kira hanya lima menit untuk sampai di puri sarasvati.
Semerbak dupa mengiringi langkah kami menuju pelataran puri. Masuk di pelataran puri sandal dan sepatu harus dilepas, suasana nyaman dan tenang itulah yang aku rasakan ketika datang kesini tapi sedikit sayang ketika tempat ini terkadang berubah hanya menjadi tempat untuk berpacaran saja. Menikmati semilir angin yang menusuk kulit membuat kami betah di sini.
Setelah berlama-lama disini perjalanan kami lanjutkan menuju candi kethek
Perjalanan kurang lebih hanya lima belas menit itupun karena ketika sedikit melihat tempat yang cocok untuk berfoto maka tau sendiri lah, hahaha. Sampai juga di Candi Kethek
Bentuk Candi Kethek sendiri belum sepenuhnya jadi hanya sebagian saja yang bisa kita lihat. berbentuk piramida berundak dan pada bagian puncaknya terdapat arca kura-kura, namun arca kura-kuranya diambil dan disimpan oleh badan purbakala yang menangani. hal ini dilakukan karena sangat rawan pencurian mengingat arca ini cukup mudah untuk dimasukkan kedalam tas. Candi kethek sendiri juga merupakan awal perjalanan menuju puncak lawu jika mendaki via cetho.
Menikmati semilir angin dan sejuknya udara yang sangat bertolakbelakang dengan udara di solo. Menyusuri tiap undakan anak tangga dari tingkat paling bawah hingga sampai paling atas, tak ada bekas relief disini hanya batu yang disusun berundak mungkin dulunya sebagai tempat ibadah.
Sampai di tempat paling atas candi kita menemui tempat menancapkan dupa kemudian mas awan tak lupa menancapkan satu dupa yang dibeli ketika di puri sarasvati tadi,
dari atas sini pemandangannya cukup untuk membuat mata kita segar kembali.
Bercerita sana sini hingga kita lupa akan waktu, tak terasa kita sudah cukup lama disini dan kemudian kami putuskan untuk kembali pulang dari petualangan singkat ini.
Singkat ceritanya dalam perjalanan pulang menuju solo kami mampir dahulu di wedangan mbah loso, yapp wedangan yang legendaris di karanganyar. Wedangan mbah loso berada di jantung kabupaten
ketika sampai disini ramai sekali rupanya. Segelas teh wasgitel khas mbah loso dan beberapa jajanan khas wedangan kami santap disini, yang paling nikmat adalah teh hangat wasgitel-nya begitu khas dan langsung dibuat oleh mbah loso sendiri.
Sedikit menikmati waktu dan terasa perut sudah menerima haknya perjalanan pulang ke solo kami lanjutkan
dan sekitar pukul 3 kami sudah berada lagi dikontrakan.
Sebuah perjalanan singkat dari perbincangan santai dan kemudian ide muncul mendadak begitu saja hingga akhirnya perjalanan ini terlaksana.
Hanya sebuah perjalanan kecil namun bagiku itu sangat berharga
terimakasih kawan sudah meluangkan waktumu untukku
kan aku ingat hal-hal kecil seperti ini yang nantinya akan sulit untuk kita lakukan lagi......
0 Comments