Ojo Dienteni Cuk, Ojo Dienteni Cuk


Aku sendiri bingung harus menceritakan darimana, karena terlampau lama kenangan ini singgah dalam pikiranku, dan baru sekarang aku memulai mengais-ais kembali ingatan yang tersimpan rapi dalam benakku. Pertengahan bulan Juni 2012 menjadi sepenggal cerita tersendiri dalam perjalananku bersama INFRAS
Kisah ini dimulai ketika "kelasku" selesai dari kuliah sore, sekembalinya dari kampus saya, arif, fariza, dan apif menuju kost-annya fariza. Yaa, semester dua kost-an fariza menjadi basecamp kami berkumpul (sebut saja kost "MA") sebelum pada semester berikutnya basecamp pindah ke kontrakan Pakelonan. Sore itu terasa sangat "suwung" sekali dan muncullah ide untuk mengusir rasa "kesuwungan" itu.
"alkid-alkid" begitu ide yang terlintas entah siapa yang memulainya aku juga lupa
Dan seketika itu juga kami berempat langsung cus menuju alkid (alkid= alun-alun kidul atau alun-alun selatan kraton solo). Si azis sebenarnya juga sudah dikabari kalau kami berempat akan ke alkid, namun karena sesuatu hal dia tak bisa datang.
Tak perlu waktu lama untuk sampai di alkid, hanya sekitar 10 menit perjalanan dari kost-annya fariza. Ketika kami sampai disini suasananya ramai, banyak pedagang ada juga yang bermain sepak bola, ada pula yang memberi makan kebo bule milik keraton solo, atau yang hanya menghabiskan waktu senja saja juga ada. Kami sendiri langsung menuju tempat biasa, dan seperti biasa langsung membeli bakso bakar, dan seperti biasa pula kami "eyel-eyelan".
"wis, kowe sing tuku, aku titip" begitu seterusnya, hingga akhirnya si apif mengalah, hahaha. Sembari menunggu matang, kami ngobrol sana-sini, hingga akhirnya bakso bakarpun matang dan seketika langsung habis meski pedes e ora umum, hahaha.

"ayo, golek jus, ngelak kie" tandas apif Dan kami pun menuju tempat langganan kami untuk nge-jus. Waktu itu sih harganya masih berkisar antara 3000-5000 tergantung jenis buahnya. Sembari menunggu jus-nya siap kami saling bercanda tawa. Menikmati segelas jus dan menghabiskan senja ini bisa mengusir kebosanan kami dari hiruk pikuk perkuliahan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 6 sore, dan kami putuskan untuk kembali ke kost Ditengah jalan aku dan arif ada ide, karena si arif tadi bercerita mengenai wahana rumah hantu yang ada di Beteng Trade Center (BTC) "ayo rono" cetusku
Dan kami pun beranjak kesana, hanya butuh waktu tak kurang dari 4 menit karena memang dekat sekali lokasinya. Sampai diparkiran BTC suara-suara teriakan begitu jelas terdengar dan sontak memacu adrenalin kami.
Kami bergegas masuk dan menuju lantai dua, memasuki lantai dua, semerbak dupa mengiringi langkah kami menuju loket masuk, biayanya waktu itu 15.000 untuk satu wahana. Ada dua wahana yang pertama wahana rumah hantu, yang kedua museum rumah hantu. Wahana rumah hantulah yang paling menarik. Aku, arif, dan apif sudah sampai didepan pintu masuk wahana rumah hantu, ---loh kok bertiga, fariza kemana--- ternyata fariza sedikit mengurungkan niatannya dan berhenti dianak tangga terakhir.
Tanpa pikir panjang langsung aku hampiri dan tak geret menuju pintu masuk wahana.
"wis ayo, wong wis tuku tiketke" ucap ku sembari menarik paksa fariza.
Mau tak mau fariza harus tetap ikut masuk, hahaha.
Dan masuklah kami berempat ke wahana itu, dari pintu masuk formasinya arif, aku, apif, fariza tapi belum juga memulainya si arif langsung pindah kebelakangku sehingga formasinya jadi aku, arif, apif, fariza. Oke masuklah kami, masih tenang namun sedikit terkejut dengan suara-suara yang ditimbulkan oleh mas-masnya. Ruang demi ruang kami lewati hingga masuk diarea kuburan. Dari awal membuka tirai ruang sudah jelas terlihat "hantu pocongnya".
"tunggu saya, tunggu saya" teriak mas pocong nya.

Sebelum masuk keruang berikutnya kami melewa sebuah lorong lurus dahulu, dan mas pocongnya juga ikut membuntuti dan masih berteriak "tunggu saya, tunggu saya". Sontak fariza yang ada dipaling belakang langsung teriak "Ojo dienteni cuk, ojo dienteni cuk" sembari lari menuju baris paling depan, hahaha, namun aku tahan
Si arif seketika itu juga menarik baju saya -___- hingga bajuku mencekik leherku. Masuk keruang demi ruang, dan sampailah kami bingung kekiri atau kanan karena tak ada tanda arah "wis sak-sake penting ndang metu" ucap fariza, hahaha.
Yasudah kami ambil kekanan, lanjut lagi keruang berikutnya dan akhirnya sampai juga dipintu keluar.

Sampai diluar aku baru sadar kancing bajuku lepas satu setelah ditarik si arif tadi. Tanpa disadari kami menjadi pusat perhatian orang-orang, entah mungkin karena teriakan fariza sepanjang perjalanan tadi, hahaha. Kami saling menatap satu sama lain dan kemudian tertawa lepas bersama, hahaha. Gelak tawa kami menjadikan kami pusat perhatian lagi, wkwkwk. Kami masih menikmati tawa itu hingga diparkiran. Dan akhirnya kami putuskan pulang dengan tawa karena "ojo dienteni cuk, ojo dienteni cuk-nya fariza"




Dan, begitulah asal muasal kata "Ojo Dienteni Cuk, Ojo Dienteni Cuk".
Semoga kita masih bisa dipertemukan lagi, hei para teman seperjuangan :)

Post a Comment

0 Comments