Pohon-pohon menjulang tinggi menutupi sinar matahari. Angin berhembus pelan, menggerakkan ranting-ranting pohon bersama hawa dingin yang menusuk kulit. Sunyi tenang hanya ada berisik angin yang menerpa reranting pohon. Daun-daun yang mengering pun meninggalkan dahannya. Jatuh, tertiup angin, hingga akhirnya menghiasi jalan setapak di sepanjang Taman Hutan Raya Mangkunagoro I.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWb_AT6DPtOXQxCZ5jpZ3lqZ_-fLP14tMtCmVx9AdT8-2DXgiJnrOz2bmnmMNPVPb05vSXpQoIGfKnLAzoq0C4NJ6W7drMvKuXt1HB6D_ErjGnkEKGOnOlDg_oToyFBnpr2l1PqZI96Dot/ width=)
Selepas memutar imaji menembus dimensi ruang dan waktu di Candi Sukuh, perhatianku tertuju pada Taman Hutan Raya (Tahura) Mangkunagoro I yang letaknya tepat di belakang candi Sukuh. Sayang jika berkunjung ke candi Sukuh tidak menyempatkan diri untuk menikmati suasana di Tahura. Entah sejak kapan Tahura ini berganti nama menjadi Tahura Mangkunagoro I, tapi seingatku dulu Tahura ini bernama Tahura Ngargoyoso karena letaknya di kecamatan Ngargoyoso. Tahura ini satu-satunya taman hutan raya yang ada di Jawa Tengah. Selain tempat untuk perlindungan dan pelestarian flora fauna, Tahura Mangkunagoro I juga disfungsi sebagai tempat wisata edukasi.
Menginjak gerbang masuk tahura, suasananya sedikit mistis karena pohon-pohon yang rapat dan menjulang tinggi. Udara segar pegunungan sangat terasa di sini. Sepanjang menuju titik utama kita hanya akan ditemani pohon-pohon yang menjulang tinggi dan tertata rapi. Jika beruntung maka akan bertemu juga dengan satwa berupa burung yang terbang silih berganti atau yang sedang hinggap sambil berkicau merdu. Di kawasan Tahura Mangkunagoro I ini tidak hanya menawarkan panorama alam saja tapi juga terdapat objek wisata lain termasuk situs sejarah yang masih misterius. Salah satu yang menarik perhatianku adalah situs Sendang Raja dan situs Cemara Bulus.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Nc5KvkK9pxvOaV5qw-Xph_5AB12t1UX6gZYehs9myIrdxOv-XwwAfZdXuZ8kfcNCtkkykcxGgPvyY402fIl6PMzV07lsyanQ6aqEJyb1_B0F0pvWpN2AjTFGrobr3Hq4j6K4AiYG0ADr/ width=)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirtXPQLQcpTjbYG56URXE1ixkr-DwGdmVFIPAnEW1Kzfz5bFUFkqlJCn5AbGY2lOIOGRe71GiBxfJPriXYfBENBb1Im9Z8D3Ub2EUEP9IeL6upEl9IvWTIVmKNv5Isg_PVhy4wBISS5uWY/ width=)
Perjalananku menuju situs Sendang Raja dan Cemara Bulus dilakukan dengan berjalan kaki semenjak di gerbang masuk Tahura. Mbak penjaga retribusi masukpun sedikit heran karena mengelilingi Tahura dengan berjalan kaki jarang dilakukan. Biasanya orang-orang akan naik kendaraan hingga menuju tempat parkir. Yaa, pilihan berjalan kaki bagiku lebih menyenangkan karena kita bisa begitu menikmati suasana. Jarak dari gerbang retribusi hingga tempat parkir kurang lebih satu kilometer. Itupun informasi yang kami dapat dari Mbak penjaga loket retribusi tadi.
Sepanjang perjalanan menuju titik utama, beberapa burung terlihat terbang silih berganti. Ada pula taman bunga yang tak sempat disinggahi karena mengingat waktu ditambah lagi kami berjalan kaki. Suasana yang nyaman dan udara khas pegunungan membuat perjalanan menuju titik utama tak begitu terasa. Di titik utama ini terbagi atas beberapa area. Pertama ada area perkantoran Tahura Mangkunagoro I, kedua area perkemahan, ketiga area bermain dan outbond.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiev5kbmaSBhyphenhyphenlVH4q7Oo2Uk3FBNFtbcUdxvv-LTxgkXK0Uxibc8tE2AyfryQq97MtV7Bm-XgXKwVOK_MnIsGMe70Xu52JJVSyl_rg9aadzWC05MU-EAWvzgQ8CB1GlqMh2dXc_OWe2Ge8x/ width=)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihNeASAjADvunf6iFCH1A_uVymslzNRmS2JetRQORJIB09cKnaQgGiyAbGIj1XuwXSIwCRigtJV1gfEp3Qw7hN3WLAiAdL-ggHb2q0bt6NhYYk7HEwJoMCTQpAEaAdi95HCZW7YsnJgGpN/ width=)
Selain area di titik utama tadi, di Tahura masih memilki objek wisata lain. Ada Kandang Rusa, Goa Angin, Goa Jepang, Sendang Raja, dan situs Cemara Bulus. Seperti yang aku katakan di awal, situs Sendang Raja dan Cemara Buluslah yang menyita perhatian. Melanjutkan langkah kaki melewati jalan setapak yang sudah ditata rapi sampailah kami di persimpangan antara Goa Angin dan jalan ke arah pintu keluar dengan situs Sendang Raja dan Cemara Bulus. Di papan petunjuk arah tertulis Sendang Raja 800 meter, oh pikir kami dekat. Untuk mencapai situs ini kita akan terpisah dari jalan utama, bukan lagi setapak yang lebar dan mulus tetapi kini berganti dengan jalan setapak yang sempit namun sudah ditata rapi dengan batuan-batuan kecil sebagai tempat berpijak. Dari tempat ini pula menjadi titik awal untuk menuju puncak gunung Lawu via Tahura Mangkunagoro I. Aku masih belum tahu apakah jalur ini sudah resmi atau belum, karena yang aku tahu baru tiga jalur yang sudah terdaftar resmi yaitu Cemara Sewu, Cemara Kandang, dan Candi Cetho.
Untuk memangkas waktu kami potong kompas jalur namun hanya di awal saja, untuk selanjutnya tetap melewati jalan setapak batu yang sudah ditata rapi. Beberapa kali kami berhenti untuk mengambil napas maklum sudah lama sekali tidak melakukan perjalanan dengan medan mendaki seperti ini. Berisik ranting pohon yang bergesekan karena diterpa angin begitu syahdu terdengar. Langkah kaki kembali berirama, perlahan tapi pasti.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgDT1j8CaSAGzMSuu8IrwsGoV3WdZxSi85KvE5-o1XcaLu6T_GpTkiKGMohlmjDs7cc1BlA0IIlJ1klulRUaBaiFVa0IKgy93kaXK0W1_RvpheN1uzsvx8wvubNu-sZMv1UKeSWnvugTXK/ width=)
"Iki kapan tekanne ya?" gumamku.
Ya, maklum saja, dipikir-pikir sudah lebih 800 meter tapi kok belum sampai di sendangnya. Perjalanan kami sedikit terhenti di sebuah gubuk. Cukup lama kami beristirahat di gubuk ini. Waktu sudah menginjak sore dan alhasil kamipun membatalkan niat ke situs Sendang Raja dan Cemara Bulus, hehehe. Berdasarkan informasi yang aku dapat Sendang Raja ini terdiri dari lima petirtaan dalam satu kompleks. Sedang Cemara Bulus adalah sebuah situs dimana terdapat arca kura-kura diantara pohon-pohon cemara. Masih ada lagi candi purba yang belum sepenuhnya tergali. Tetapi jika menilik dari strukturnya mirip seperti punden berundak. Berbicara gunung Lawu memang tak ada habis. Terlebih jika berbicara tentang peradaban yang pernah ada di gunung ini. Semua itu masih menjadi misteri.
Setelah memutuskan untuk tidak mengunjungi situs Sendang Raja dan Cemara Bulus lantas kami berbalik arah dan turun. Perjalanan turun pun kami lakukan dengan potong kompas lagi. Setelah sampai di jalan utama, perjalanan kami lanjutkan menyusuri Tahura selagi menuju pintu keluar. Sepanjang perjalanan, pohon-pohon pinus selalu setia menemani.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFFK6U51Kh-yy0gi1T_XB9eqnzgqOdAokZl1uoL-I52bKE2jZ-XCitA_RNL7fP7PnU2iYqbiz14o2crI8FwNEoPBoGT9BaUBhtGE8JPmFCdQvaWcDrIBxrHPdnJbSDeFUOtmfT9HT_Y8oX/ width=)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9TVhozl79M3guAny0UznaX5o2MAVdTvH-1THr5W0n9LlWOrneNCfpxTVl-442qJomoLx1MbB-JtEZUtusDhEadwo9zgrEODRRrbP1LOusOgNwXDCqUmKlbbQweFtvmQ7QwoDEF0-kgjHN/ width=)
Jika sedang penat dengan suasana perkotaan dan membutuhkan udara.segar, Taman Hutan Raya (Tahura) Mangkunagoro I ini bisa menjadi salah satu tujuan wisata. Alangkah lebih baik jika ke Tahura ini dengan naik kendaraan bermotor hingga sampai di tempat parkir baru mengelilinginya tapi jika ingin menikmatinya dengan berjalan kaki itu juga pilihan yang bagus, hehehe.
Selepas memutar imaji menembus dimensi ruang dan waktu di Candi Sukuh, perhatianku tertuju pada Taman Hutan Raya (Tahura) Mangkunagoro I yang letaknya tepat di belakang candi Sukuh. Sayang jika berkunjung ke candi Sukuh tidak menyempatkan diri untuk menikmati suasana di Tahura. Entah sejak kapan Tahura ini berganti nama menjadi Tahura Mangkunagoro I, tapi seingatku dulu Tahura ini bernama Tahura Ngargoyoso karena letaknya di kecamatan Ngargoyoso. Tahura ini satu-satunya taman hutan raya yang ada di Jawa Tengah. Selain tempat untuk perlindungan dan pelestarian flora fauna, Tahura Mangkunagoro I juga disfungsi sebagai tempat wisata edukasi.
Menginjak gerbang masuk tahura, suasananya sedikit mistis karena pohon-pohon yang rapat dan menjulang tinggi. Udara segar pegunungan sangat terasa di sini. Sepanjang menuju titik utama kita hanya akan ditemani pohon-pohon yang menjulang tinggi dan tertata rapi. Jika beruntung maka akan bertemu juga dengan satwa berupa burung yang terbang silih berganti atau yang sedang hinggap sambil berkicau merdu. Di kawasan Tahura Mangkunagoro I ini tidak hanya menawarkan panorama alam saja tapi juga terdapat objek wisata lain termasuk situs sejarah yang masih misterius. Salah satu yang menarik perhatianku adalah situs Sendang Raja dan situs Cemara Bulus.
Perjalananku menuju situs Sendang Raja dan Cemara Bulus dilakukan dengan berjalan kaki semenjak di gerbang masuk Tahura. Mbak penjaga retribusi masukpun sedikit heran karena mengelilingi Tahura dengan berjalan kaki jarang dilakukan. Biasanya orang-orang akan naik kendaraan hingga menuju tempat parkir. Yaa, pilihan berjalan kaki bagiku lebih menyenangkan karena kita bisa begitu menikmati suasana. Jarak dari gerbang retribusi hingga tempat parkir kurang lebih satu kilometer. Itupun informasi yang kami dapat dari Mbak penjaga loket retribusi tadi.
Sepanjang perjalanan menuju titik utama, beberapa burung terlihat terbang silih berganti. Ada pula taman bunga yang tak sempat disinggahi karena mengingat waktu ditambah lagi kami berjalan kaki. Suasana yang nyaman dan udara khas pegunungan membuat perjalanan menuju titik utama tak begitu terasa. Di titik utama ini terbagi atas beberapa area. Pertama ada area perkantoran Tahura Mangkunagoro I, kedua area perkemahan, ketiga area bermain dan outbond.
Selain area di titik utama tadi, di Tahura masih memilki objek wisata lain. Ada Kandang Rusa, Goa Angin, Goa Jepang, Sendang Raja, dan situs Cemara Bulus. Seperti yang aku katakan di awal, situs Sendang Raja dan Cemara Buluslah yang menyita perhatian. Melanjutkan langkah kaki melewati jalan setapak yang sudah ditata rapi sampailah kami di persimpangan antara Goa Angin dan jalan ke arah pintu keluar dengan situs Sendang Raja dan Cemara Bulus. Di papan petunjuk arah tertulis Sendang Raja 800 meter, oh pikir kami dekat. Untuk mencapai situs ini kita akan terpisah dari jalan utama, bukan lagi setapak yang lebar dan mulus tetapi kini berganti dengan jalan setapak yang sempit namun sudah ditata rapi dengan batuan-batuan kecil sebagai tempat berpijak. Dari tempat ini pula menjadi titik awal untuk menuju puncak gunung Lawu via Tahura Mangkunagoro I. Aku masih belum tahu apakah jalur ini sudah resmi atau belum, karena yang aku tahu baru tiga jalur yang sudah terdaftar resmi yaitu Cemara Sewu, Cemara Kandang, dan Candi Cetho.
Untuk memangkas waktu kami potong kompas jalur namun hanya di awal saja, untuk selanjutnya tetap melewati jalan setapak batu yang sudah ditata rapi. Beberapa kali kami berhenti untuk mengambil napas maklum sudah lama sekali tidak melakukan perjalanan dengan medan mendaki seperti ini. Berisik ranting pohon yang bergesekan karena diterpa angin begitu syahdu terdengar. Langkah kaki kembali berirama, perlahan tapi pasti.
"Iki kapan tekanne ya?" gumamku.
Ya, maklum saja, dipikir-pikir sudah lebih 800 meter tapi kok belum sampai di sendangnya. Perjalanan kami sedikit terhenti di sebuah gubuk. Cukup lama kami beristirahat di gubuk ini. Waktu sudah menginjak sore dan alhasil kamipun membatalkan niat ke situs Sendang Raja dan Cemara Bulus, hehehe. Berdasarkan informasi yang aku dapat Sendang Raja ini terdiri dari lima petirtaan dalam satu kompleks. Sedang Cemara Bulus adalah sebuah situs dimana terdapat arca kura-kura diantara pohon-pohon cemara. Masih ada lagi candi purba yang belum sepenuhnya tergali. Tetapi jika menilik dari strukturnya mirip seperti punden berundak. Berbicara gunung Lawu memang tak ada habis. Terlebih jika berbicara tentang peradaban yang pernah ada di gunung ini. Semua itu masih menjadi misteri.
Setelah memutuskan untuk tidak mengunjungi situs Sendang Raja dan Cemara Bulus lantas kami berbalik arah dan turun. Perjalanan turun pun kami lakukan dengan potong kompas lagi. Setelah sampai di jalan utama, perjalanan kami lanjutkan menyusuri Tahura selagi menuju pintu keluar. Sepanjang perjalanan, pohon-pohon pinus selalu setia menemani.
Ia tenang tetapi memperhatikan. Ia tidak bergeming, tidak pula tergerak namun tetap meneduhkan.Terdapat pula Jembatan Merah yang terlewat begitu saja. Goa Angin yang berada di kanan jalanpun kami lewatkan. Yaa, tak terasa sudah berada di pintu keluar Tahura.Agaknya harus kembali lagi ke Tahura Mangkunagoro I untuk bisa menuju situs-situs tadi. Terlalu banyak yang terlewatkan karena waktu yang tidak memungkinkan. Perjalanan kali ini benar-benar memanjakan kaki, hehehe. Entah sudah berapa kilometer yang kami lalui, tapi itu semua terbayar dengan suasana dan pemandangan di Tahura. Matahari kian condong ke ufuk barat dan kabut tipis mengantar kami kembali ke Solo.
Jika sedang penat dengan suasana perkotaan dan membutuhkan udara.segar, Taman Hutan Raya (Tahura) Mangkunagoro I ini bisa menjadi salah satu tujuan wisata. Alangkah lebih baik jika ke Tahura ini dengan naik kendaraan bermotor hingga sampai di tempat parkir baru mengelilinginya tapi jika ingin menikmatinya dengan berjalan kaki itu juga pilihan yang bagus, hehehe.
0 Comments